Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

13 Maret, 2016

Overlord - Vol 6 - Chapter 8 Part 3

Six Arms

Part 3



Overlord Light Novel Bahasa IndonesiaBulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 4, 22:13

Climb berjalan dengan cepat menyusuri lorong yang kosong. Meskipun mereka sedang tidak terlihat karena magic, berkat helm miliknya, dia bisa melihat dua orang yang sedang bersamanya. Karena helm miliknya, dia bahkan berpikir jika saat ini seperti tidak sedang memakai magic yang membuat tidak terlihat. Namun setelah dilihat dengan teliti, kenyataannya warna mereka sedikit kabur memastikan bahwa hal itu salah. Meskipun mereka harus hati-hati agar tidak membuat suara, mereka tidak bisa berjalan lambat.

Mereka harus menyelamatkan wanita tersebut sementara Sebas sedang mengalihkan perhatian yang lainnya. Meskipun Sebas lebih kuat dari Gazef Stronoff dan Brain Unglaus yang bergabung, lawannya adalah Six Arm, lawan yang bisa bertarung setara dengan petualang dengan peringkat adamantium. jika mereka memutuskan untuk langsung mengepung Sebas, keadaan mungkin akan menjadi gawat. Itulah kenapa mereka perlu menyelamatkan wanita tersebut cepat-cepat dan kabur dengan Sebas.

Setelah berputar di beberapa sudut dan menuruni lantai, Rogue yang ada di depan berhenti.

"Maaf sudah berhenti tiba-tiba, pimpinan. Kita sudah tiba. Di sekitar sudut itu ada penjara dan disana ada seorang wanita yang sedang ditawan."


Itu mungkin hanya kebetulan, tapi saat rogue itu berbicara, mantra yang membuat mereka tidak terlihat telah melewati batas waktunya dan garis tepi dari badan mereka bertiga menjadi lebih jelas lagi. Dengan sinyal dari rogue itu, Climb mengintip ke sekitar sudut dan melihat sebuah lorong yang gelap dengan ruangan yang luas dan kosong di masing-masing lorong itu.

"...Tak ada apapun lagi disini, seperti pengintaianku sebelumnya."

Tidak ada tahanan dan penjaga lainnya. Terlalu mencurigakan jika diartikan sebagai 'kecerobohan'. Itu hampir seperti umpan. Tapi setelah dipikir-pikir, siapa yang berani menyusup ke gedung tersebut sementara Eight Finger yang terkuat, yaitu Six Arm, sedang berkumpul disana. Tanpa faktor lainnya seperti Sebas yang mengalihkan perhatian semuanya, Climb tidak akan bisa datang kemari. Six Arm mungkin sudah berpikir demikian pula. Itu adalah faktor-faktor yang menguntungkan untuk kelompok Climb, tapi mereka harus tetap waspada.

"Mari kita segera menyelesaikan ini."

Merasakan semacam persahabatan setelah melalui bahaya bersama-sama, Brain bertanya kepada Rogue tersebut dengan sikap yang akrab.

"Bolehkan aku bertanya sesuatu? Untuk apa pintu dobel yang ada disana?"

Ketika dia mengalihkan tatapannya ke bagian yang paling dalam, ada sebuah pintu yang besar seperti yang dibilang oleh Brain.

"Ah - Dari pengalamanku, ini seperti kandang daripada sebuah penjara. Dibalik pintu itu... mungkin semacam arena pertarungan."

"Ngomong-ngomong aku bisa mencium bau binatang yang datang dari ruangan itu. Aku dengar di dalam Empire, mereka membuat monster saling bertarung satu sama lain di dalam arena pertarungan..."

Climb mencium udara mengikuti contoh Brain. Dia mencium binatang buas, karnivora, lebih tepatnya.

Brain bergumam sendiri.

"Tapi apakah mereka menggunakannya untuk tujuan latihan, ataukah untuk eksekusi publik? Jika ada penggunaan lain, aku lebih memilih untuk tidak memikirkannya. Mungkin itu juga untuk sebuah pertunjukan. Ah, Aku bicara tentang hal yang tak berguna. Mari kita pergi?"

Climb mengangguk atas saran Brain dan Rogue itu juga setuju. Dengan Rogue yang berada di depan, Climb dan Brain mengikutinya. Setelah tiba di salah satu sel penjara bagian dalam, rogue itu memeriksa pintunya. Climb mengeluarkan salah satu lonceng dari kantung sakunya, lalu membunyikannya, dan dengan kekuatan magic, suara seperti ada sesuatu yang terbuka bisa didengar. Rogue itu terlihat kecewa, tapi karena mereka tidak memiliki banyak waktu Climb berharap dia bisa mengerti.

"Apakah kamu Tsuare-san?"

Climb bertanya kepada wanita yang ada di dalam. Wanita yang sedang berbaring di lantai itu berdiri. Dia mengenakan pakaian seorang pelayan, dan penampilannya cocok dengan deskripsi Sebas. Mempertimbangkan dia tidak memiliki waktu untuk ganti pakaian sejak diculik, ini pasti dia. Climb merasa sedikit lega. Tujuan pertama mereka sudah lengkap. Sekarang ada waktunya untuk tujuan selanjutnya; kabur dengannya.

"Kami diberitahu untuk menyelamatkanmu oleh Sebas-sama. Tolong kemarilah."

Tsuare menganggukkan kepala kepada Climb. Tsuare membuat ekspresi yang tercengang ketika melihat Brain dan Rogue setelah keluar dari sel penjara. Tatapannya terutama tertuju lama kepada Brain.

"Pintu ini - yang berada di arah yang sama dengan arena pertarungan - kelihatannya tidak ada suara yang datang dari sana, tapi melewati sebuah tempat yang tak pernah dilewati sebelumnya terlalu berbahaya. Yang terbaik adalah kembali dari jalan kita masuk."

Climb dan Brain setuju. Mempertimbangkan mereka berdua yang warrior, mereka mengira yang terbaik adalah meninggalkan keputusan itu kepada yang paling ahli. Climb melihat ke arah kaki Tsuare dan memastikan bahwa dia sedang memakai sepatu. Berlari bukanlah sebuah masalah.

"Kalau begitu ayo pergi sebelum musuh datang."

"Aku mengerti. Aku akan memimpin lagi, tapi karena kita tidak memiliki magic yang bisa membuat tidak terlihat kali ini, aku akan lebih berhati-hati. Jangan melewatkan tanda dariku."

"Aku menger... ada apa, Brain?"

"Hmm?...Tidak apa-apa. Mungkin bukan apa-apa, Climb."

Brain mengerutkan dahi tapi tidak berkata apapun. Dia terus menatap Tsuare, tapi Climb tidak bisa menemukan ada yang salah dengan Tsuare. Dia hanya terlihat seperti pelayan biasa yang habis diculik.

"Siap? Kalau begitu kita akan segera keluar."

Rogue itu pergi duluan, diikuti oleh Climb, lalu Brain dan Tsuare, yang pergi terakhir. Berlari melewati pintu sel, rogue tersebut mengurangi kecepatan di dekat sudut untuk mengamati jalan di depan, tapi seseorang muncul dari sudut itu seakan seperti sedang jalan-jalan dengan santainya dan menghalangi jalan rogue tersebut. Mereka sudah mengantisipasi perlawanan semacam itu, tapi sulit untuk bereaksi terhadap sesuatu yang tiba-tiba seperti ini. Climb terdiam dengan perubahan peristiwa yang tiba-tiba, tapi rogue tersebut menunjukkan reaksi yang layak sebagai mantan petualang dengan peringkat orichalcum. Dia menghunus pisau kecil miliknya dan berlari maju dengan nafsu membunuh.

Crash!

Dengan suara yang keras, rogue tersebut melayang ke belakang. Seakan baru saja ditabrak oleh seekor banteng. Itu adalah kebetulan, tapi Climb menangkap jatuhnya. Jika Rogue itu jatuh ke lantai tanpa ada yang bantalan sebagai perantara saat mendarat, dia pasti akan menerima luka yang besar, tapi untungnya Climb dan Rogue tersebut mengenai lantai bersama-sama ketika mereka terlempar ke belakang. Pikirannya langsung terarah kepada rogue yang sedang mengerang kesakitan, tapi dia harus mengamati pria yang muncul secara tiba-tiba. Pria itu pastilah musuh. Climb tiba-tiba menyadari nama pria itu dalam sekejap dan berteriak keheranan.

"Zero!"

Pria ini merupakan bagian dari Six Arm, pimpinan dari cabang keamanan dan orang terkuat di Eight Finger.

"...Benar sekali bocah. Kamu budak si pelacur itu. Hmph, tak kusangka semut bisa merangkak hingga sampai sini. Jika kamu meninggalkan madu sebagai umpan, mereka kelihatannya akan merangkak dari manapun. Benar-benar menjijikkan."

Zero menatap ke arah Climb dan rogue tersebut yang terkapar di lantai, tapi fokus dia yang sebenarnya adalah ke arah Brain. Dia sedang mengamatinya dengan memeriksa dari atas hingga ke bawah untuk mengukur seberapa kuat seorang warrior seperti Brain itu sebenarnya. Climb bersyukur pada kenyataan jika pria kuat itu tidak memberikan perhatian kepadanya dan memeriksa kondisi dari rogue tersebut.

"Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu memiliki metode penyembuhan?"

Climb berbicara dengan lirih agar Zero tidak tahu, tapi tidak ada balasan, hanya erangan yang penuh luka. Yang mengherankan, ada sebuah bentuk tinju yang melengkung ada armor di sekitar dadanya. Itu menunjukkan seberapa kuat serangan dari Zero itu sebenarnya. Rogue tersebut tersadar setelah beberapa goyangan dan tepukan Climb pada pinggangnya atas permintaan rogue itu.

"Aku ingat wajahmu. Brain Unglaus, seseorang yang bertarung setara dengan Gazef Stronoff. Tak ada kelemahan dari sikapmu. Kelihatannya kamu telah melalui beberapa latihan setelah turnamen itu? Aku bisa mengerti sekarang. Alasan mengapa Succulent kalah mungkin karena dia melawanmu secara langsung. Lawannya terlalu kuat. Aku rasa aku harus memaafkan kekalahannya. Pada awalnya, aku akan membunuh siapapun yang telah membuatku kehilangan muka, tapi aku orang yang baik hati. Aku akan membuat pengecualian untuk orang dengan skill dan ilmu berpedang sepertimu. Berlututlah kepadaku dan bersumpahlah untuk menjadi bawahanku. Jika kamu melakukannya, aku akan membantumu memperoleh apapun yang kamu inginkan."

"Apakah bayarannya menjanjikan?"

"Oh-ho...Tertarik...?"
"yah, tak ada salahnya berpikir tentang itu. Karena aku sudah menang dari Succulent, aku mengharapkan perlakuan yang baik."

"Hahaha! Kamu serakah. Bicara tentang uang sebelum memohon ampun atas nyawamu. Kamu tak bisa membawa uang itu ke kuburanmu."

"Jadi, apa maksudmu? Kamu tak bisa membayarku dengan jumlah yang layak? Kelihatannya kamu memang lebih miskin daripada tampangmu. Atau apakah kamu mengantongi semuanya sendiri?"

"Apa?"

Suara retakan datang dari kepalan tangan Zero.

"Kelihatannya mulutmu itu adalah satu-satunya yang benar-benar bisa berfungsi, Unglaus. Ada banyak ahli pedang yang lebih baik dalam hal bicara daripada bertarung, apakah kamu salah satu dari mereka? Ataukah kamu terlalu percaya diri berlebihan setelah mengalahkan Succulent? Kalau begitu aku harus minta maaf pada kenyataan bahwa kamu merasa sangat puas setelah mengalahkan Six Arm yang terlemah."

Brain mengangkat bahunya seakan pamer. Dia mungkin sedang mengulur waktu untuk Climb dan Rogue yang terluka. Jadi mengapa Zero mengikuti permainannya? apakah itu karena rasa percaya dirinya yang bisa menang melawan ketiganya? Ataukah ada hal lain?

....Huh?

Ketika Climb melihat sekelilingnya, dia melihat Tsuare yang pelan-pelan merayap ke arah Brain. Jika dia ingin dilindungi, akan lebih baik untuk bergerak ke belakang Climb dan Rogue. Tidak ada alasan menjadi pemberani dengan berdiri di belakang seseorang yang sedang menghadapi Zero. Brain melihat ke belakangnya sekali. Itu adalah gerakan yang halus, tapi tatapannya yang tertuju kepada Tsuare dan itu bukanlah tatapan yang bersahabat pula. Tidak, itu seperti dia sedang menghadapi musuh.

Huh? Mengapa disana? Apakah dia melihat ke arah sini? Tidak, bukan itu.

Ada sesuatu yang terjadi. Climb berdiri dengan perasaan tidak enak.

"Hmph, kelihatannya si semut akhirnya berdiri. Sudah mengulur cukup banyak waktu? Maka mari kita dengar apa yang kamu pikir sebenarnya. Tidak, tidak perlu berkata apapun lagi. Berlututlah atau jangan, hanya ada satu pilihan. Sekarang Unglaus, buatlah keputusanmu."

Brain mendengus kepada Zero.

Hanya itu saja.

"Kalau begitu matilah!"

Dia mengarahkan lengan kirinya ke depan dan menarik lengan kanannya ke belakang untuk membuat sebuah tinju. Dia merendahkan pusat gravitasi miliknya dan berdiri tegak. Cara ototnya yang mengembang, seseorang hampir pasti akan menduga terdengar suara seperti daging yang robek. Jika seseorang harus menggambarkan Zero sekarang ini dengan gambaran sederhana, dia akan mirip dengan batu besar, tidak, sapi gila. Brain juga merendahkan kuda-kudanya. Mirip dengan Zero, tapi juga sama sekali bebeda. Jika Zero seperti sebuah aliran yang deras, maka Brain mirip dengan air yang mengalir dengan tenang dan jernih. Jika Zero adalah penyerang, Brain adalah bertahan.

"Aku bilang kepada mereka untuk tidak membunuh si pak tua, tapi mereka sangat ribut. Mereka mungkin saja terlalu berlebihan dan membunuhnya. Itu akan membuat berada dalam titik yang sulit, karena seharusnya aku yang harus membunuh pak tua itu sebagai contoh atas apa yang terjadi jika orang-orang berani melawan kami."

Wajah Zero berkerut karena marah. Wajahnya seperti membuktikan bahwa marah bisa membuat seseorang menjadi buruk rupa.

"Ungluas, kematianmu akan menjadi bukti bahwa aku adalah yang terkuat. Kuburanmu akan berfungsi sebagai pengingat untuk setiap orang yang cukup bodoh menentang Six Arm! Sedangkan untuk budak si pelacur itu, aku akan menghias kepalanya dan mengirimnya kepada si pelacur itu."

Nafsu membunuh yang cukup membanjiri lorong itu membuat tubuh Climb gemetar. Namun dibandingkan apa yang dia rasakan dari Sebas kemarin, itu bukan apa-apa. Climb berubah menjadi tajam dan Zero menunjukkan sedikit perhatian akan hal itu.

"Hanya segitukah? Baiklah. Zero, aku akan menghadapimu. Climb, hadapi yang ada di belakangku!"

Satu-satunya orang yang tidak mengerti adalah Climb. Rogue tersebut melemparkan sebuah anak panah kecil (dart) kepada Tsuare tanpa ragu, dan anak panah yang dilemparkan oleh mantan petualang dengan peringkat orichalcum tersebut sangat tajam dan cepat.

Namun Tsuare entah bagaimana mampu menghindarinya hampir tanpa usaha keras. Dari gambaran Sebas, Tsuare hanyalah pelayan biasa. Gerakannya yang barusan terlalu lincah untuk disebut sebagai kebetulan.

"Apakah aku sudah diketahui?"

Penampilan dari Tsuare, namun suaranya seperti 'Devil of Illusions' Succulent.

"Alasan mengapa kamu tidak berkata apapun kepada orang yang menyelamatkanmu adalah karena suaramu akan menunjukkan samaranmu, ya kan? Tapi jika kamu mencoba berdiri di belakang seseorang, siapapun akan curiga. Meskipun sebelum itu aku agak ragu, mempertimbangkan kemungkinan apakah dia sedang dikendalikan pikirannya atau itu adalah orang lain yang sedang menyamar sebagai dirinya."

Dengan begitu, Brain membocorkan trik dari Succulent sambil fokus kepada Zero.

"Aku juga menyadari ada sesuatu yang aneh dengan caramu berlari, tapi aku tdak bisa menemukan bukti yang solid bahkan hingga akhir... aku harus mengakui kamu benar-benar bagus. Tidak heran, meskipun aku terluka, kamu masih bisa menghindari anak panah kecilku tanpa berkata apapun."

Rogue tersebut berhenti bicara dan memberikan ekspresi terima kasih kepada Succulent.

Zero mengeluarkan klik dengan lidahnya.

"Hmph... Succulent, kelihatannya trik kecilmu sudah ketahuan. Kalau begitu waktu untuk bermain trik sudah selesai. Sekarang adalah waktunya dimana semuanya akan ditentukan dengan kekuatan!... Succulent, hadapi mereka berdua. Kamu bisa melakukannya, ya kan?"

"Te..Tentu saja, boss."

Figur Tsuare meleleh dan muncul Succulent. Dia masih mengenakan pakaian pelayan. Succulent mengerti apa yang dimaksud oleh Zero dengan sangat baik dan menatap ke arah Climb.

"Kita bertemu lagi, bocah."

Suaranya anehnya tertekan, mempertimbangkan kenyataan bahwa dia telah menang terhadap Climb kembarin. Eight Finger bukan organisasi pemaaf, dan tak ada kegagalan yang akan ditolerir. Punggung Succulent menghadap ke dinding dan dia tidak bisa memberikan ruang lagi.

"Apakah Eight Finger mampu melepaskan seseorang yang sedang dipenjara langsung di bawah perintah dari Putri Raja?"

Climb merasakan pengaruh Eight Finger saat dia menggenggam pedangnya.

"....Aku tak bisa kalah kali ini."

Kemarin, Brain mengalahkannya dengan sebuah serangan tapi karena Zero dan Succulent ada saat ini, akan sulit bagi Brain untuk menghadapi dua lawan dari Six Arm bersamaan.Climb juga tidak bisa mengandalkan Brain menang melawan Zero dan fokus hanya untuk mengulur waktu. Dia tahu Succulent lebih baik darinya dulu. Dengan tekad yang hanya setengah-setengah, dia pasti akan kalah lagi seperti kemarin.

Kali ini dia akan menang.

Climb menguatkan dirinya untuk tidak mundur dan melangkah maju ke arah Succulent.

"Jangan khawatir, jangan khawatir~. Aku akan membantu."

Rogue tersebut bicara dari belakang Climb. Nada yang ringat mungkin dimaksudkan untuk menghindarkan Climb dari tekanan yang terlalu berlebih. Dia berterima kasih dengan dukungan itu, tapi rogue tersebut telah menerima serangan dari Zero dan masih belum sembuh sepenunya meskipun setelah menggunakan sebuah potion. Dia juga tidak yakin sebagai apa rogue tersebut nantinya bisa memberikan dukungan untuk seseorang yang tak pernah bertarung bahu membahu dengan dia sebelumnya.

Rogue tersebut tersenyum seakan telah membaca apa yang sedang dipikirkan oleh Climb.

"Jangan khawatir, aku biasanya memenuhi peran pendukung. Aku akan tunjukkan padamu cara bertarung selain dari adu pedang."

"Terima kasih."

Rogue tersebut memiliki pengalaman yang luas. Climb tidak perlu menyesuaikan dengannya, malahan rogue tersebut akan mendukung tempat dimana kekurangan Climb. Climb hanya perlu melawan Succulent dengan seluruh tenaganya. Ketika dia menguatkan tekadnya dan berputar, Succulent telah membuat tiruan dirinya seperti terakhir kalinya. Ada beberapa Succulent dan Climb tidak tahu yang mana yang asli. Sebuah rasa pahit menyebar ke seluruh mulutnya. Saat keduanya pelan-pelan menatap tajam satu sama lain, sebuah kantong yang terbuka melayang dari belakang Climb menuju ke arah Succulent.

"Beginilah cara bertarung seorang rogue!"

Kantong itu meledak di bawah kaki Succulent dan tepung tersebar kemana-mana. Succulent menutup mulutnya untuk berlindung dari racun, tapi ini bukan racun, itu adalah item magic.

"Itu adalah 'Powder of Will O' Wisp'."

Efeknya langsung terasa. Dari lima Succulent, salah satunya mengeluarkan cahaya putih seperti susu.

Succulent menyadari ini dan matanya terbuka lebar.

Powder of Will O' Wisp dimaksudkan untuk digunakan melawan musuh yang tidak terlihat seperti rogue atau seseorang yang menggunakan magic untuk tidak terlihat. Hanya bereaksi terhadap makhluk hidup.

Karena 'Multiple Vision' menggandakan tubuh utama, meskipun jika seseorang melemparkan tinta kepadanya, akan dipantulkan langsung ke semua tiruannya. Kecuali kalau ada orang yang sangat ahli dalam membedakannya, akan sangat sulit untuk memisahkan tubuh aslinya. Namun, efek dari item magic tidak dipantulkan kepada tiruannya. Itu adalah mantra kelas tinggi, mantra tersebut akan mampu menipu bahkan item magic, tapi seseorang seperti Succulent, yang terlatih menjadi illusionist dan Fencer sama-sama, tidak bisa merapalkan mantra semacam itu.

Pedang Climb datang terayun ke arah tubuh Succulent yang asli.

"Sialan."

Succulent melompat jauh, menghindari serangan. Itu adalah penghindaran yang menakjubkan, namun pakaian pelayan itu menjadi acak-acakan sebagai hasilnya.

Mereka beradu lebih dari sepuluh pukulan seperti itu.

Yang berada pada pihak penyerang adalah Climb. Ini bukan trik yang disengaja oleh Succulent, tapi perbedaan murni dari kemampuan mereka. Tidak mungkin seseorang bisa tiba-tiba menjadi sangat kuat hanya dalam sehari, jadi tak ada yang berubah dari kemarin. Namun, ada pengecualian. Climb memang hanya tambah kuat dan Succulent menjadi lebih lemah.

Pertama, tidak seperti kemarin, Climb sekarang memakai armor, perisai dan aksesoris lainnya kali ini. Stamina dan pertahanannya juga meningkat dan dia bisa menggunakan gaya bertarungnya yang seperti biasa. Di lain pihak, seluruh item magic Succulent telah diambil ketika dia ditahan, dan dia juga mengenakan pakaian pelayan yang mengganggu sekarang ini.

Karena perubahan equipment mereka, perbedaan itu menjadi semakin kecil, tapi bukan itu saja.

Salah satu alasan adalah Climb sudah tahu bagaimana Succulent bertarung. Yang lainnya adalah karena rogue yang sedang membantunya. Berkat item yang digunakan oleh rogue tersebut, magic ilusi Succulent menjadi tidak beguna. Seakan mereka sudah siap menghadapi Succulent.

Rogue tersebut sebenarnya telah mengumpulkan informasi tentang Six Arm dan sudah bersiap untuk menghadapi setiap orangnya. Fakta bahwa dia sudah bersiap bahkan hingga Succulent yang waktu itu masih dipenjara adalah hal yang menakjubkan. Hanya seseorang dengan kepribadian yang teliti yang bisa mempersiapkan semua itu.

"Sialan!"

Bahkan sebelum pertarungan benar-benar terjadi, Succulent sudah mengeluarkan teriakan frustasi.

Yang dia awasi adalah rogue tersebut, tapi Climb selalu bergerak untuk menghadang jalan Succulent kepada targetnya. Dia tidak bisa membiarkan Succulent menyerangnya, dan dengan dilindungi oleh Climb, rogue tersebut mulai mengejek Succulent.

"Oi, oi. Jangan membuat wajah semengerikan itu. Kamu seharusnya adalah anggota dari Six Arm, seseorang yang bisa setara dengan petualang dengan peringkat adamantium. Rintangan semacam ini seharusnya mudah bagimu."

Wajah Succulent berkerut karena marah. Goresan dari sebelumnya mengeluarkan darah, membuat wajahnya semakin jelek.

"Sialan!"

Dengan kutukan yang keras, Succulent bersiap untuk merapalkan mantranya. Biasanya, seorang warrior seperti Climb akan merangsek kepadanya untuk mengacaukan pengucapan mantra, tapi kali ini tidak. Sambil beradu lebih dari sepuluh pukulan dengan Succulent, dia sudah mulai mempercayai rogue tersebut untuk melakukan hal yang benar di saat yang tepat.

Sebuah botol melayang dari belakang Climb dan pecah di kaki Succulent. Dia bisa melihat sebuah asap menyebar kemanapun.

"Guh! [Batuk], [batuk]"

Succulent terbatuk-batuk.

Rogue itu telah menyela pengucapan mantranya dengan sebuah item kimia, yang efeknya langsung terlihat.

Jika dia mengkhususkan diri sebagai seorang magic caster, gangguan semacam ini bukanlah apa-apa, tapi karena dia telah berlatih sebagai seorang warrior dan juga magic caster, meskipun gangguan kecil bisa merusak konsentrasinya, menyebabkan dia membuat mana.

Climb bergerak maju ke arah Succulent yang teralihkan perhatiannya dengan seluruh tenaga. Itu bukan lanjutan dari pertarunan sejauh itu. Itu adalah semacam kemajuan yang dipenuhi dengan tekad untuk tidak mengambil satu langkah mundurpun. Tergantung dari yang mengamati, seseorang mungkin akan melihatnya sebagai gerakan prematur untuk memperoleh kemenangan yang cepat. Tapi insting warrior Climb berteriak.

Saat ini akan menentukan akhir dari duel.

Memang benar jika Climb dan Rogue itu memang melakukan serangan sejauh ini, tapi itu tidak menjamin jika mereka bisa terus mendapatkan keuntungan. Item yang dilemparkan oleh Rogue tersebut seharusnya sudah habis, jadi dia harus menyelesaikan ini ketika mereka masih unggul.

Apa yang diaktifkan oleh Climb adalah martial art asli yang dia pelajari kemarin.

Skill ini belum memiliki nama, tapi jika dia ingin memberi nama sekarang, dia akan menyebutnya 'Limit Breaker: Mind'. Efeknya adalah menghilangkan seluruh batas yang ada di tubuh oleh otak, dan sebagai hasilnya seluruh kemampuannya akan meningkat satu level, termasuk yang fisik.

Kekurangannya adalah jika dia menggunakannya dalam jangka waktu yang panjang, itu akan membuat kelelahan fisik dan otot yang robek, tapi jika dia tidak mencoba menyelesaikan pertarungan ini secepatnya, meskipun jika dia harus menggunakan metode semacam ini, dia tidak akan bisa menang melawan Succulent.

Saat martial art itu diaktifkan, dia bisa merasakan sesuatu di dalam otaknya yang klik dan berubah.

Dia meneriakkan seluruh emosi yang berputar di dalam dirinya, dan kepanikan menyebar di wajah Succulent seakan dia menyadari ada sesuatu. Mungkin dia merasakan ketakutan dan keheranan, tapi bagaimanapun, itu bukan sebuah wajah yang ditunjukkan kepada orang dengan level di bawahnya dari seseorang yang bisa setara dengan petualang berperingkat adamantium.

Climb mengayunkan pedangnya tapi ditahan. Untuk bisa menahan pedang panjang dengan hanya belatih tanpa bantuan apapun dari magic benar-benar layak dipuji. Namun, memaksa seorang fencer yang ahli seperti Succulent yang mengkhususkan terhadap penghindaran bertahan, serangan Climb juga patut dihargai.

Meskipun begitu, serangan tersebut tidak berakhir di sana. Climb mengikutinya dengan sebuah tendangan.

Saat Succulent mencoba untuk melindungi pertunya, wajahnya mengkerut.

"Arrrrggghhhhhh-!"

Wajah Succulent menjadi pucat dan dia terhuyung ke belakang sambil menarik pinggangnya.

Rogue tersebut keluar dari bayangan Climb.

Dia telah menendang di antara kaki Succulent dengan sepatu besi, dan meskipun Climb memakai bantalan pelindung, dia masih bisa merasakan luka yang dibayangkan mengalir ke kakinya.

Setelah itu, Climb mengirimkan pukulan terakhir!

Darah muncrat dan Succulent roboh di lantai. Dia tidak menurunkan kewaspadaannya dan berdiri bersiap. Dia malahan mengamati dengan teliti agar tidak ada yang mendekati rogue itu dan memastikan bahwa itu bukan ilusi.

Ini adalah kemenangan besar. Meskipun itu dua lawan satu, kemenangan ini banyak berarti. Climb melihat ke arah Brain. Dia penasaran jika dia bisa membantu, tapi cepat-cepat menarik pemikiran itu.

Pertarungan itu berada pada level yang berbeda sama sekali.

Suaranya juga berbeda. Meskipun itu adalah sebuah katana yang beradu dengan sebuah tinju, suara logam bisa terdengar. Pertarungan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akhir. Katana tersebut dan tinju-tinju itu saling beradu tanpa ada waktu untuk bernafas.

Yang terutama menarik perhatian adalah Zero. Serangannya tertanam di dinding dan meninggalkan bekas seakan dinding itu terbuat dari tanah liat lunak.

"Sialan... Mereka bilang monk dengan level tinggi memiliki tinju baja. tapi si brengsek ini jauh melebihi itu. Dia setidaknya berada pada level mythril, tidak orichalcum."

Rogue yang berdiri disampingnya bergumam. Saat menit-menit beradu pukulan. Di dalam pertarungan dimana Climb akan langsung terbunuh, tak ada satupun yang mendapatkan satupun goresan. Zero menunjukkan tanda-tanda hormat yang tulus dari wajahnya.

"Unglaus.. Kamu lebih baik dari yang kuduga. Kamu adalah orang pertama yang menahan seranganku seperti ini."

Brain juga memiliki rasa hormat yang sama di wajahnya.

"Kamu juga... Ini adalah kedua kalinya aku melihat seorang monk dengan kaliber ini."

"Oh-ho?"

Zero membuat wajah penasaran.

"Tidak kukira ada monk lain dengan level yang sama denganku. Tak pernah dengar. Siapa namanya? Karena aku tidak bisa mendengarnya ketika kamu sudah mati."

"Dia mungkin akan datang saat kita bicara. Setelah mengalahkan Six Arm milikmu."

Zero mengerutkan dahinya sebelum tersenyum.

"Heh, maksudmu pak tua itu? Sayang sekali, empat bawahanku yang terpercaya akan datang menyambutnya. Mereka mungkin tidak sekuat aku, tapi mereka jauh lebih kuat dari Succulent. Tidak mungkin dia bisa kemari."

"Begitukah? Aku bisa melihatnya datang kemari di sekitar sudut itu beberapa saat lagi."

"Oooh, aku takut sekali. Kurasa kalau begitu aku harus melawanmu dengan serius."

Mata Climb terbuka dengan kalimat itu. Jika Zero menahan diri ketika beradu pukulan seperti ini, bagaimana kekuatannya yang sebenarnya itu? Dia juga terkejut Brain tidak menunjukkan rasa terkejut.

Keduanya tidak bertarung dengan kekuatan penuh? Ini benar-benar pertarungan antara para pria yang setara dengan puncak manusia, petualang dengan peringkat adamantium!

"Itu adalah yang terbaik, Zero. Dua orang di sebelah sana juga sudah selesai, jadi aku tidak perlu memanjang-manjangkan hal ini. Kamu akan kalah disini, Zero."

Brain menyarungkan katananya dan pelan-pelan menurunkan kuda-kudanya. Itu adalah kuda-kuda yang sama dengan yang kemarin, dimana dia mengalahkan Succulent dengan sekali serang. Sebelum Climb bisa penasaran apakah Brain bisa mengalahkan Zero dengan sekali serang, Zero melompat mundur. Dia melompat dengan mudah pada jarak yang jauh di luar batas kekuatan manusia biasa.

"Edstorm bisa membuat sebuah batasan dengan pedangnya, tapi kamu kelihatannya memiliki batasan yang berbeda. Jika aku melangkah maju dengan ceroboh, aku pasti akan terbelah dua."

Dia tidak bisa sama sekali menebak dengan benar martial art asli dari Brain, tapi mampu menebak skill macam apa itu menunjukkan bahwa kemampuan Zero sebagai seorang warrior benar-benar tinggi.

"Tapi... Itu adalah skill yang tidak bisa kamu gunakan tanpa melakukan kuda-kuda dahulu."

Zero menusukkan tinjunya ke udara. Mungkin itu terlihat seperti gerakan yang tidak berguna, tapi tubuh Brain bergetar akibat shockwave yang dibuat oleh tinjunya.

"Aku bisa menang dengan hanya menyerangmu dari jarak jauh seperti ini. Atau apakah kamu memiliki sebuah cara untuk memotong seseorang yang jauh?"

"Tidak, aku tak punya."

Brain menjawab dengan jujur.

"Jika kamu bertarung seperti itu, maka yang kuperlukan hanya untuk tidak menghadapi kuda-kuda itu."

Zero bertanya kepada Brain dengan lirih di dalam suasana yang hampir tidak cocok dengan dirinya, di dalam suasana hati yang tenang dan dalam.

"Brain Unglaus, apakah itu adalah kartu asmu?"

"Tentu saja. Ini adalah kartu asku dan hanya pernah dikalahkan...sekali."

"Membosankan. Jika itu sudah pernah dikalahkan, kalau begitu ini akan menjadi yang kedua."

Zero pelan-pelan menarik tinjunya kembali dan mengambil kuda-kuda.

"Aku akan menghancurkanmu secara langsung. Aku akan menghancurkan skill kecil milikmu itu dan menang. Pertama aku akan menang melawanmu, Brain Unglaus dan suatu hari aku akan membuat Gazef Stronoff berlutut di hadapanku. Maka aku akan menjadi yang terkuat di Kingdom."

"Jika kamu berpikir kamu bisa mencoba menggunakan aku sebagai batu loncatan pertama atas ambisimu, kamu akan terpeleset. Kamu pasti tidak punya pekerjaan sama sekali, Zero."

"Bicara adalah satu-satunya hal yang bagus darimu... Tidak, karena kamu sudah sejauh ini. itu tidak sepenuhnya benar. Namun, sadarilah kenyataan bahwa aku lebih baik darimu di kuburanmu. Adalah hal yang bodoh menantang Zero-sama! Ini dia aku datang!"

Tubuh bagian atas Zero memiliki tato dari berbagai macam binatang, yang mengeluarkan sinar yang samar. Dibandingkan dengannya, Brain tidak bergerak. Dia hanya menunggu seperti sebuah patung. Climb bisa merasakan dia akan merasakan kekuatan dengan jumlah besar yang dikeluarkan dari kedua orang itu.

Sebuah tempat dimana tak ada satupun yang menyela dan tenaga mentah yang bergesekan dengan tenaga mentah.

Dan tiba-tiba sebuah suara yang tidak cocok dengan tempat itu terdengar:

"Jadi ini tempat dimana semuanya berkumpul."

Semuanya terkejut dan berputar untuk melihat orang yang menyusup. Bahkan Zero dan Brain, yang tidak bisa melepaskan tatapan satu sama lain, juga melakukannya. Seorang pak tua sedang berdiri di sana, itu adalah Sebas. Seseorang yang takkan pernah diduga oleh Zero ada disini telah muncul.

"Apa? Apa yang terjadi? Six Arm seharusnya sudah menanganimu... Apakah kamu melewati mereka dengan sembunyi-sembunyi?"

Sebas menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Semua rekanmu sudah kalah."

"...Jangan bicara omong kosong. Mereka mungkin memang lebih lemah dariku, tapi mereka masih merupakan anggota Six Arm. Tidak mungkin kamu bisa kemari tanpa terluka sedikitpun setelah menghadapi mereka."

"Hal mengejutkan seringkali ditemani oleh kebenaran."

"Sebas-sama! Tsuare yang ada disini palsu! Itu adalah Succulent yang sedang menyamat dengan ilusinya. Kita harus menyelamatkannya sekarang!"

"Ah, terima kasih sudah mengkhawatirkannya, Climb, tapi itu tidak perlu lagi dikhawatirkan. Aku sudah menyelamatkannya. Dia sedang berada di bagian yang berbeda dari bangunan ini."

Sebas melihat ke arah bahunya dan Climb mengikuti tatapannya dan menemukan seorang wanita di dekat pintu masuk.

"Ah!"

Climb cepat-cepat melihat ke arah Succulent. Pakaian pelayannya robek disana dan bersimbah darah. Tidak mungkin menyerahkannya, dan pihak yang menerima juga tidak akan menginginkannya.

"Tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, Climb. Itu hanya pakaian pelayan biasa, jadi bisa dibuang."

Climb merasa lega dan Sebas tersenyum pahit.

"Oi, oi, oi. kalian enak mengobrol dan mengacuhkanku... kalian benar-benar punya nyali."

Zero, yang tidak bisa bergerak dengan gegabah karena ada Brain di depannya sedikit bergerak dari tempatnya untuk melihat ke arah Sebas dengan ekspresi yang penuh kebencian.

"Pak Tua, aku akan tanya sekali lagi. Apa yang terjadi dengan bawahanku?"

"-Aku membunuh mereka semua."

Itu adalah nada yang biasa, seakan sedang memetik bunga, tapi juga dipenuhi dengan ekspresi dingin.

"Ti, tidak mungkin! Kamu kira aku percaya padamu?"

Sebas tersenyum dengan teriakan Zero, Sebas tertawa tanpa sedikitpun tanda-tanda memusuhi yang dirasakan hanya kebenaran.

"...Brain Unglaus. Kita akan menunda pertarungan kita sedikit lagi. Aku harus menunjukkan pak tua ini kekuatan dari Six Arm."

"Baiklah. Tapi coba untuk tidak hancur dengan cepat. Yah, lagipula bukan giliranku."

"Diam!... Pak Tua, kamu akan membayar atas kebohonganmu dengan nyawamu."

Sebas tersenyum pahit, tapi pria yang mengklaim diri sendiri sebagai yang terkuat tidak tahan dengan senyuman itu tato Zero mengeluarkan kilauan yang samar.

Kepala dari cabang keamanan dan pemimpin dari Six Arm, "Battle Demon" Zero.

Jika pria seperti Gazef Stronoff dan Brain Unglaus bertarung dengannya tanpa senjata, mereka akan tewas dalam sekejap. Meskipun mereka bersenjata, hasil dari pertarungan itu masih belum jelas.

Salah satu dari kelas yang dia peroleh adalah "Shamanic Adept". Kelas ini meminjam kekuatan dari semangat binatang dan menguatkan kemampuan fisik seseorang. Ada sebuah batas seberapa sering seseorang bisa menggunakan skill ini dalam sehari. tapi itu bisa meningkatkan kemampuan si pengguna hingga menjadi seperti seekor binatang buas. Untuk animal dengan fisik yang tinggi yang menggunakan martial art dari manusia, itu benar-benar kombinasi yang mengerikan.

Zero mengaktifkan skill miliknya. Biasanya dia hanya mengaktifkan salah satunya untuk menyimpan tenaganya, tapi dia menyadari bahwa Sebas adalah lawan yang sangat kuat.

Meskipun dia tidak benar-benar mempercayai jika Sebas mengalahkan empat anggota Six Arm itu sendiri, mempertimbangkan bahwa dia telah menembus lewat depan, seharusnya ada orang lain yang bersamanya. Kelihatannya adalah Blue Rose. Sampai dia bisa mengumpulkan informasi yang lebih detil, yang bisa dia lakukan hanyalah menghancurkan Sebas dengan seluruh tenaganya dan menunda duel dengan Brain Unglaus.

Dia harus menunjukkan kekuatan yang luar biasa kepada yang menyaksikan sebelum kabur. Dia bertekad ini adalah tindakan yang terbaik dan mempersiapkan skill miliknya yang terkuat menurutnya.

Panther di kaki, falcon di punggung, badak di lengan, banteng di dada, singa di kepala; dia mengaktifkan semuanya. Dia merasakan tenaga yang meledak mengalir ke tubuhnya. Dia hampir khawatir tubuhnya akan membengkak dan meledak.

"Gyyyyaaaaaaaaaaahhhhh!!"

Meneriakkan kekuatan yang terbangun di dalam tubuhnya, dia mengambil sebuah langkah maju.

Serangan dari yang terkuat di Six Arm, Zero. Itu adalah pukulan yang lurus. Tidak ada tipuan, tak ada trik, hanya pukulan lurus yang murni. Tapi kekuatan di belakangnya sangat besar sekali. Bukan hanya skill miliknya sebagai seorang Shamanic Adept, tapi juga skill lagi sebagai Monk, begitu juga dengan item magic yang memperkuat kekuatannya dan kehancuran dari tinjunya.

Sangat cepat bahkan Zero sendiri kesulitan mengendalikannya. Kenyataannya bahwa itu adalah sebuah pukulan lurus dengan seluruh kekuatannya membuatnya skill yang bisa digunakan. Dia tidak ragu menunjukkan serangannya yang paling kuat. Skill ini sangat sederhana, tapi tak terkalahkan.

Dia percaya diri bahwa tak ada penipuan yang bisa menghentikannya. Zero merasakan sebuah sensasi unggu di atas orang lain saat dia melangkah maju cepat sekali dengan sebuah sensai ditarik.

"Awa-"

Seseorang berteriak.

Tapi sudah terlambat.

Dalam sekejap mata, tinju itu membawa tenaga dan berat yang ekstrim yang sudah tiba di depan Sebas dan masih terus terdorong maju. Zero hanya bisa tertawa kepad Sebas yang masih berdiri kaku. Dia akan menyesal sudah melawan yang terkuat di Six Arm.

"-Hrmph."

Tinju itu menemukan targetnya di perut Sebas yang tidak terjaga. Itu adalah serangan yang sempurna.

Dengan sebuah ledakan setelahnya, tubuh Sebas akan melayang ke belakang seperti boneka lusuh. Dia akan jatuh ke lantai, tapi serangan itu cukup kuat untuk membuat tubuhnya terus terpental di lantai. Itu adalah kematian langsung. Tidak, memang wajar seperti itu.

Seluruh organ dalamnya akan berubah menjadi cairan sekarang. Hanya bagian luarnya saja yang tetap mirip dengan manusia. Ini adalah skill terkuat dari Zero. Sebuah skill demonic yang mirip dengan sebuah frase, "Satu kali pukulan membunuh".

Atau setidaknya begitulah yang seharusnya terjadi.

Sebas berdiri di atas tanah dan tidak bergeming sama sekali. Dia telah menerima tinju Zero, dengan seluruh kekuata di dalamnya, dengan hanya otot di perutnya. Itu adalah pemandangan yang sulit dipercaya oleh siapapun; sebuah pemandangan yang menolak seluruh hal yang masuk akal.

perbedaan kekuatan antara penampilan mereka sangat mutlak, tapi hasilnya benar-benar di luar dugaan.

Yang paling tidak bisa mempercayai ini adalah Zero. Tidak ada makhluk yang menerima serangan terkuat ini dan selamat. Sejauh ini memang begitu. Namun, dengan hasil yang seperti ini, dia bahkan tidak menyadari ada sesuatu yang hitam yang lewat di depan matanya.

Kaki Sebas naik tinggi ke udara. Melewati hidung Zero dengan gerakan yang mengalir. Lalu kaki itu turun dengan deras ke bawah.

Sebuah Tendangan tumit yang menghujam ke bawah (Heel Drop Kick).

Itulah nama skill ini, tapi kecepatan dan kekuatan di belakang tendangan itu tidak normal.

"...Siapa kamu."

Zero bergumam dan bibir Sebas melengkung di tepiannya.

Suara remuk dan retak yang menakutkan terdengar kemana-mana. Kepala Zero hancur, leher dan tulang belakangnya hancur seakan diremukakn oleh sebuah obyek dengan berat lebih dari ratusan kilogram, dan tubuh Zero berlutut.

Lorong itu menjadi hening.

Suasana tersebut hanya bisa digambarkan sebagai "pingsan". Sebas menggerakkan kakinya seakan menghindari darah dari kepala Zero yang hancur dan membersihkan debu di tempat tinju Zero yang mendarat.

"Phew, itu bahaya sekali. Aku bisa mati jika tidak kamu peringati."
Dia berbohong! Peringatan apa?
Tiga orang itu, dan mungkin Tsuare juga, tidak bicara keras, tapi semuanya berteriak seperti itu di otaknya.

"Aku selamat, terima kasih berkatmu, Climb-kun."

"-ouh..Ah, ya..."

Climb yang hanya bisa mengeluarkan kalimat terakhir 'Awa-' menerima terima kasih Sebas dengan kaku. Dia tidak tahu harus bilang apa karena kejutan mentalnya.

"Kelihatannya aku sedikit lebih kuat."

Sebas menunjukkan bagian sedikit diantara dua jarinya. Mungkin maksudnya jarak antara jari-jari itu adalah perbedaan antara dirinya dan Zero, tapi tak ada siapapun yang setuju.

Sedikit pantatku.

Seperti sebelumnya, semuanya memikirkan hal ini di dalam diri masing-masing.

"Bagaimanapun, karena kita sudah menyelamatkannya, lebih baik untuk mundur."

"Uh, tidak, tentang Six Arm... Apakah anda benar-benar?"

"Ya, aku bunuh mereka semua. Ada terlalu banyak musuh yang kuat. Aku menyesal tidak bisa memberi mereka bagian."

"Be, Begitukah. Itu memang tidak bisa dihindari, tolong jangan terlalu memikirkannya."

Ketiga tatapan mereka berpindah ke mayat Zero. Mereka bahakn tidak bisa menyangka itu adalah kebohongan.

"Ka-Kalau begitu kita harus memanggil para tentara masuk untuk memeriksa seluruh bangunan."

Pasukan yang pada awalnya untuk memeriksa bangunan. Fakta bahwa mereka bisa membersihkan sebuah benteng dengan Sebas adalah keberuntungan yang luar biasa. Jika kalimat Sebas benar, dan mungkin memang benar, akan ada tambahan bonus karena sudah menghancurkan Kekuatan tempur yang paling kuat dari Eight Finger.

Kekurangannya hanyalah tak bisa menangkap Zero, tapi mereka sudah memperhitungkan mereka takkan bisa mengkapnya sejak awal, jadi itu bukan kerugian yang sebenarnya. Siapapun yang berdebat tentang hasilnya adalah orang yang bodoh.

Climb bicara dengan suara gembira dan Brai juga mengangguk seakan itu adalah keputusan yang benar, tapi ada seseorang yang berdiri dengan ekspresi kaku.

"Ada apa, Sebas-sama?"

"Ti-Tidak, bukan apa-apa. Kayaknya ada yang tidak tepat denganku... Tapi sebelum itu, kelihatannya udara disini tidak baik. Bisakah kalian melangkah keluar denganku?"

"Ya, tentu saja."

Melihat ke arah mayat Zero dan Tsuare, semuanya setuju dengan Sebas. Sebas mendekati Tsuare yang ada di dekat pintu sel penjara dan menggendongnya seperti seorang putri. Kakinya yang putih, yang mana tidak memiliki banyak daging di antara tulang belulang dan kulitnya, menendang-nendang di udara sedikit dan mereka bisa melihat lengan kurus Tsuare menggenggam Sebas.

Mereka bisa merasakan hubungan antara keduanya bukan seperti kepala pelayan dan pelayan.

Kamu seharusnya berhenti menggali kehidupan pribadi mereka. Itu tidak cocok denganmu Climb. Tidak masalah apapun hubungan mereka.

"Kalau begitu ayo pergi."

Climb berbicara dan pergi keluar dahulu.

Tiga orang lain mengikuti. Mereka bisa mulai menyelidiki setelah Sebas pergi dan tidak ada banyak peluang jika ada seseorang yang melompat dan menyerang Sebas, yang kedua tangannya sedang penuh. Sesaat dia tegang, tapi itu tidak perlu.

Bangunan itu, yang selalu sibuk dengan aktifitas ketika mereka menyerang pertama kalinya, tidak menunjukkan ada seorangpun disini. Secara logisnya, tidak akan ada siapapun yang berani menantang Sebas ketika dia baru saja mengalahkan Six Arm. Kemungkinan  mereka semua telah kabur, dan jika ada itu adalah masalahnya dia berharap kelompok yang ada di luar akan menangkap siapapun yang mencoba lari.

Bahu Climb serasa lebih ringan dengan sensasi lega.

Namun, seseorang menepuk bahu Climb. Itu adalah si rogue. Dia sedang melihat ke arah yang sama sekali berbeda dan ekspresinya miirp dengan yang dibuat ketika Sebas mengalahkan Zero dengan sekali serang. Mengikuti tatapannya, mata Climb juga terbuka lebar ketika dia melihatnya.

"Dinding api?"

Climb mengangguk saat Brain berbisik. Jika sebuah rumah sedang terbakar, maka api itu adalah hal yang biasa, tapi itu bukan api yang biasa, Climb tidak akan seterkejut itu. Namun, sebuah dinding api dengan tinggi lebih dari 30 meter yang telah keluar dan mengeliling sebagian ibukota. Jaraknya kira-kira, lebih dari beberapa kilometer panjangnya.

"Kira-kira apa itu?"

Tiga orang tersentak ketika mereka mendengar suara Sebas yang penasaran dan santai.

"Apa yang harus kita lakukan, pimpinan? Itu kelihatannya distrik gudang. Kelompk mana yang bertugas di lokasi itu?"

"Pimpinan dari Blue Rose, Alvein-sama... Kita akan menganggap ini darurat, batalakn semua rencana dan mundur ke istana kerajaan. Kita akan mengikuti perintah dari atas setelahnya."

"Itu kelihatannya adalah tindakan yang terbai... Ah, untuk Sebas-sama..."

"Aku akan membawa Tsuare ke tempat yang aman, agar tidak ada kejadian lagi seperti ini yang bisa terjadi."

"Saya mengerti Sebas-sama. Terima kasih atas yang kemarin dan hari ini."

"Tidak perlu terlalu mengkhawatirkan hal itu. Tujuan kita kebetulan sama... Aku harus membayar hutan karena telah menyelamatkan Tsuare suatu hari. Kalau begitu, saya permisi dulu."

22 komentar:

Unknown mengatakan...

Wow bagaikan bumi dan langit.
Semangat min. Lanjut trus :)

Indra mengatakan...

1 hari 1 chapter dong min wkwk, makasih ya

Anonim mengatakan...

Makin seruu nii, gw paling nunggu kemunculan demigure nii,

Unknown mengatakan...

Akhirnya bisa komentar :v
Wah Sebenarnya saya sudah tamat sampai Volume 9 , tapi terjemahan agan lebih menarik sepertinya .

Unknown mengatakan...

Mantap lanjut min :)

Anonim mengatakan...

Pertamax

fauzan mengatakan...

sankyu min

Unknown mengatakan...

Mimin semangat

tonski46_ mengatakan...

sebas jahat :( langsung hajar aja zero nya ..padahal biar putus asa dulu :3

Unknown mengatakan...

Thanks buat mimin.
Terjemahan nya Menarik :)

Mudah di mengerti . :3

Rissa Amagi mengatakan...

sebas tau kalau dinding api itu buatan demiurge.

jadi dia langsung "speak" mau ke tempat aman.
pinter juga, haha..

Satud mengatakan...

Gokil, Overpower banget sebas wkwk

brian torao mengatakan...

sankyu overlord vol.6 bab 8 bag. 3

NealSky mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
NealSky mengatakan...

alasan kenapa Sebas sangat kuat karna Sebas di tugas kan sebagai penjaga floor 9 dimana floor selanjutnya yaitu floor 10 adalah Throne Room. sumber wiki.

Unknown mengatakan...

wow bagiannya sebas sudah selesai,,,, dengan sangat mudah,.

Xen mengatakan...

Sebas baek amat langsung dimatiin musuhnya :( coba kalo ama Demiurge... digiling, dikulitin, dicincang dulu palingan wkwkwk😂

IlIJadeIlI mengatakan...

Sebas main tendang aja biar sengsara dulu napa....

Deni Ganjar mengatakan...

Suer anime. S2 dah ada tp ttp az ga bosen baca novel nya

Unknown mengatakan...

ternyata ras sebas itu dragonoid.
d poster ability nya di situ tertulis unknowen

Unknown mengatakan...

NPC terkuat itu Rubedo letak a d lantai 8 nazarik ( hutan rimba). saat nazarik d serang cuma jebol sampai lantai 7, di lantai 8 mereka mati. karena di situ NPC a kuat kuat. Victim guardian floor lantai 8 juga kuat, karena kemampuan sepesial penyegel/kekai, bila dia mati. otomatis yang kesegel juga ikut mati

Unknown mengatakan...

Saya baca bluray kalo gaksalah sebas lawan kokyutus sebas bisa menang tp kalo lawan albedo sebas kalah dan albedo lawan kokyutus albedo kalah kalo gak salah kaya gitu menurut ainz-sama wkwkw. Pas deadnight di tugaskan ainz untuk mengetahui keinginan para guardian dan kokyutus pingin adu tanding lawan sebas, dan albedo.