Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

18 Januari, 2016

Overlord - Vol 2 - Chapter 4 Part 3

The Twin Swords of Death - Dua Pedang kematian.

Part 3


Overlord Light NovelSeperempat dinding kota E-Rantel digunakan untuk mengelilingi area yang sangat luas, yang menghabiskan sekitar separuh dari distrik barat kota. Itu adalah pemakaman umum E-Rantel. Ada kuburan juga di kota lain, tapi tidak sebesar yang ini.

Dinding itu digunakan untuk menekan kemunculan undead.

Masih banyak hal yang tidak diketahui mengapa undead bisa bangkit, tapi sesuatu yang kotor cenderung muncul dari tempat dimana yang hidup bertemu dengan akhirnya. Kemungkinan undead bangkit lebih besar pada mereka yang terbunuh dan mereka yang tidak ditangisi kepergiannya. Oleh karena itu, sangat wajar bisa menemukan undead di tempat seperti medan pertempuran dan reruntuhan.

E-Rantel, yang berada di dekat medan pertempuran Empire, membutuhkan kuburan yang sangat luas untuk mencegah undead bangkit--sebuah tempat bagi orang-orang untuk menghormati yang mati.

Untuk bagian ini, sama seperti negara tetangga -- Empire. Mereka juga setuju untuk menghormati yang telah tiada selama peperangan. Meskipun mereka sedang berperang, mereka masih melihat undead yang menyerang yang hidup sebagai musuh bersama-sama.


Selain dari itu, undead memiliki masalah lain. Jika kamu membiarkan mereka, mereka mungkin akan menghasilkan undead yang lebih kuat. Itulah kenapa para petualang dan penjaga akan berpatroli di kuburan setiap malam dan menghancurkan undead ketika mereka masih lemah.

Pemakaman itu dikelilingi oleh sebuah dinding, dan dinding ini adalah garis yang memisahkan yang hidup dan yang mati. Dinding setinggi 4 meter itu tidak bisa dibandingkan dengan dinding untuk membentengi kota, tapi sudah bisa digunakan untuk berjalan orang-orang disana. Gerbangnya aman dan kuat, pastinya tidak mudah untuk dihancurkan.

Ini semua dilakukan untuk melindungi kota dari undead yang bangkit di kuburan.

Ada tangga di tiap sisi pintu dan menara observasi yang berdiri disamping dinding. Setiap shift terdiri dari lima orang, mereka menguap karena ngantuk saat bergantian mengawasi kuburan.

Pemakaman itu diterangi oleh sebuah lampu magic menggunakan mantra [Continual Light], jadi meskipun malam hari keadaannya terang disana. Tetapi masih ada juga area yang gelap, dan batu nisan juga membuat cahayanya terhalang.

Seorang penjaga memegang tombak melihat ke arah kuburan sambil melamun, menguap saat dia berkata kepada teman jaganya:

"Malam ini sepi juga ya."

"Yup, apakah spirit dari yang mati telah dipanggil kembali oleh enam dewa? Itu bagus sekali."

Penjaga lain yang tertarik dengan topik ini ikut bergabung:

"Kita bisa menghadapi kerangka dan zombie, tapi sulit untuk mengalahkan kerang-kerangka yang memakai tombak, jadi itu sangat menyusahkan."

"Kurasa 'wight' adalah yang paling sulit dihadapi."

"Kalau aku 'kerangka kelabang'. Jika para petualang yang berpatroli di sekitar tidak datang untuk membantu, aku pasti sudah mati."

"Kerangka kelabang? Aku dengar jika kamu membiarkan yang lemah, undead yang lebih kuat akan datang. Jika kita membunuh mereka ketika masih lemah, yang kuat tidak akan datang."

"Ya, benar sekali. Tim yang berpatroli minggu kemarin dinasehati dengan keras oleh kapten tim kita. Wine yang mereka tawarkan sebagai permintaan maaf memang enak, tapi aku tak ingin mengalami kejadian seperti itu lagi."

"Tapi...Jika dipikir-pikir, tidak ada undead yang muncul berarti ada masalah."

"...Mengapa?"

"Rasanya pengawasan kita kekurangan sesuatu."

"Kamu terlalu banyak memikirkannya, biasanya tidak akan sebanyak itu undeadnya. Aku dengar bahwa undead akan bangkit dengan teratur setelah ada mayat-mayat yang terbunuh di peperangan melawan Empire. Sebaliknya, beginilah jika tidak ada perang ya kan?"

Penjaga-penjaga itu mengangguk menyetujui teori ini. Meskipun desa-desa di area lain juga menguburkan mereka yang telah mati, mereka tak pernah mendengar penampakan yang sering seperti ini dari undead disana.

"...Setelah kamu menyebutkannya, situasi di dataran Katze juga diluar batas."

"Yup, Aku dengar undead yang sangat kuat muncul disana ya kan?"

Dataran dimana Empire dan Kingdom bertempur. Tempat itu adalah zona yang terkenal dengan undead yang berkeliaran. Para petualang yang diminta oleh Kingdom dan Knight dari Empire menghabisi undead disana secara teratur. Karena Pentingnya pekerjaan ini sebuah kota kecil dibangun disana sebagai dukungan.

"Aku dengar..."

Penjaga yang akan berbicara tiba-tiba terhenti.

Penjaga yang lain yang merasa tidak enak karena ini berkata:

"Hey, Jangan---"

"Diam!"

Penjaga yang berhenti berbicara kelihatannya mampu melihat menembus kegelapan dan menatap kuburan. Terpengaruh dengan sikap ini, penjaga yang lain juga melihat ke arah kuburan.

"...Apakah kalian mendengar itu?"

"Apa itu bukan imajinasimu saja?"

"Aku tidak mendengar apapun... Tapi aku mencium bau tanah. Bukankah kita baru saja menggali sebuah makam? Baunya seperti itu.."

"Jangan bercanda seperti itu."

"..Huh? Ah, hey! Lihat di sebelah sana!"

Seorang penjaga menunjuk ke arah kuburan. Semuanya terfokus pada satu titik.

Dua orang penjaga berlari menuju gerbang utama. Mereka kehabisan nafas dan mata mereka terbuka lebar. Rambut mereka yang dibasahi keringat menutupi dahinya...

Pemandangan di depan mereka membuat para penjaga merasakan ada sesuatu yang salah.

Para penjaga yang sedang berpatroli di kuburan bergerak dalam satu kelompok terdiri dari 10 orang. Mengapa mereka hanya ada dua? Mereka berlarian tanpa senjata dan kelihatannya mereka kabur karena ketakutan.

"Cepat, Buka gerbangnya! Buka gerbangnya sekarang!"

Melihat bagaimana keduanya berteriak, para penjaga menuruni tangga dan membuka gerbang buru-buru.

Dua orang penjaga langsung berlarian masuk tanpa menunggu gerbang terbuka penuh.

"Apa yang ter..."

Dua orang yang masuk gerbang memotong perkataannya sambil terengah-engah dengan wajah pucat:

"Cepat, tutup gerbangnya! Cepat!"

Seluruh penjaga merinding melihat tingkah mereka yang tidak seperti biasanya, menutup gerbang sama-sama dan menguncinya.

"Ada apa? Dimana yang lain?"

Mendengar pertanyaan ini, penjaga itu mengangkat kepalanya dan mengeluarkan ekspresi kaget.

"Mereka, mereka dimakan oleh undead!"

Mendengar kedelapan orang teman mereka yang gugur, para penjaga melihat kapten mereka. Kapten langsung memerintahkan:

"..Hey, seseorang naik dan lihat disana!"

Seorang penjaga naik tangga dan berhenti ketika dia sudah setengah tangga.

"Apa, apa itu?"

Penjaga yang gemetar berteriak:

"Undead! Satu kelompok besar undead!"

Memfokuskan telinga mereka, terdengar suara seperti serbuan kuda datang dari sisi lain dinding. Bukan hanya penjaga yang pertama melihat mereka, seluruh penjaga yang hadir bengong dengan pemandangan di depan mereka.

Undead dengan jumlah yang membuat otak mati rasa bergerak menuju gerbang.

"Apa-apaan jumlah ini..."

"Ini lebih dari seratus atau dua ratus.. Ini pasti ribuan..."

Ada undead yang tak terhitung di tempat yang tak tersinari cahaya, sulit sekali untuk mengukur jumlah sebenarnya jika kamu memasukkan juga figur yang terhuyung-huyung di kegelapan.

Dengan bau mereka yang busuk undead yang tak terhitung jumlahnya itu semakin mendekat ke gerbang dengan langkah tidak stabil seperti gerombolan awan gelap. Bukan hanya zombie dan skeleton, ada beberapa undead yang kuat yang bercampur -- Ghoul, Devourer, Wight, Bloater, Carrion Crawler dan lain sebagainya.

Para penjaga itu gemetar ketakutan.

Kota ini dilindungi oleh dinding, undead takkan bisa menyerang penduduk biasa tanpa menghancurkan dinding tersebut. Tetapi, meskipun mereka menggerakkan seluruh penjaga, mereka tidak yakin bisa menahan kelompok besar undead tersebut di pinggiran. Penjaga hanyalah rakyat biasa yang mengenakan perlengkapan bertahan, mereka tidak memiliki kepercayaan diri untuk menghabisi seluruh undead ini.

Bukan hanya itu, beberapa undead bahkan bisa merubah orang yang mereka bunuh menjadi kawan mereka. Jika keadaan memburuk, penjaga itu mungkin akan berubah menjadi undead dan mulai menyerang teman-teman mereka. Belum ada undead terbang yang terlihat, tapi jika mereka tidak segera menyelesaikan yang ini, Hanya masalah waktu sebelum undead yang mampu untuk terbang dipanggil. Ini akan membuat penjaga lebih takut lagi.

--Sebuah gelombang undead tersapu ke dinding.

Bang bang ---

Gerombolan undead dengan kecerdasan rendah tidak bisa merasakan sakit dan mereka memukul gerbang dengan liar. Mereka kelihatannya sadar, mereka bisa menyerang makhluk hidup setelah menghancurkan gerbang ini.

Bang bang --

Suara benturan, Derit pintu yang menjadi bengkok di bawah kekuatan dorongan dan erangan undead terus berdatangan.

Tanpa berhenti, undead yang tidak keberatan hancur karena benturan menjadi seperti senjata pendobrak.

Para penjaga yang menyaksikan ini berkeringat dingin.

"Bunyikan loncengnya! Minta bala bantuan dari pos penjaga! Kalian berdua beri kabar kepada gerbang lain untuk keadaan darurat!"

Kapten memberi perintah setelah berhasil tenang:

"Yang dibelakang gunakan tombak untuk menyerang undead yang mendekat ke gerbang!"

Para Penjaga itu teringat tugas mereka ketika mereka mendengar perintah, tombak mereka tusukkan dengan sekeras-kerasnya kepada undead di bawah. Gerombolan undead yang membanjiri tanah bisa ipukul dengan muda.

Tusuk, tarik dan tusuk lagi.

Darah gelap dan bau busuk membuat hidung para penjaga yang mengulang-ulang tindakannya seperti pekerja pabrik menjadi ngilu. Beberapa Undead kehilangan negatif life force mereka, dan terinjak oleh undead di belakangnya setelah jatuh.

Undead tidak memiliki kecerdasan, jadi mereka tidak melawan serangan tombak dari penjaga. Karena terus mengulang gerakan yang sama membuat para penjaga kehilangan indra bahaya mereka.

Seakan menunggu saat ini --

"Wahh!"

Ada teriakan dan ketika mereka melihat sumbernya, leher penjaga dibelit oleh sesuatu yang panjang menggeliat.

Terlihat lembut dan pink -- Sebuah usus.

Undead yang berbentuk seperti telur berdiri di tempat asal usus itu. Di depannya ada jarak yang lebar dengan organ-organ dari beberapa orang yang menggeliat di dalamnya seperti parasit.

Itu adalah undead yang dikenal dengan Viscera Egg.

Usus itu menarik penjaga tersebut.

"Yahh!"

Sebelum yang lainnya bisa menolong, penjaga itu jatuh dan berteriak--

"Tolong! Selamatkan aku! Ah, Yahh---"

"Teriakan itu mulai lagi. Seluruh penjaga melihat nasib buruk teman mereka yang dimakan hidup-hidup oleh sekumpulan undead."

Armor yang melindung tubuhnya dan tindakan melindungi wajah mereka memperpanjang momen mengerikan ini. Jari-jari, betis, wajah, seluruhnya dilucuti.

"Mundur! Turun dari tembok!"

Melihat Viscera Egg yang menggeliat lagi, Kapten mengeluarkan perintah mundur.

Seluruh penjaga yang buru-buru menuruni tangga dan suara undead yang membenturkan diri ke gerbang semakin keras, derit gerbang menjadi semakin jelas.

Perasaan putus asa semakin kuat. Peluang bala bantuan yang datang sebelum undead yang lebih kuat muncul sangat tipis. Ketika gerbang terbuka, gelombang kematian akan merangsek maju, menyebabkan kematian banyak nyawa.

Ketika keputus asaan telah tertulis di wajah para penjaga, suara logam yang bergesekan bisa terdengar.

Semuanya melihat ke arah sumber suara dengan refleks.

Di depan mereka seorang warrior dengan armor full body mengendarai seekor monster dengan mata yang bulat hitam. Di sampingnya ada seorang wanita cantik yang sangat berlawanan dengan sekelilingnya.

"Hey! Bahaya disini! Cepat pergi--"

Saat itu, penjaga tersebut melihat medali yang tergantung di depan dada warrior itu.

Petualang!

Tetapi secercah harapan hilang ketika mereka melihat itu adalah medali tembaga.
Tidak mungkin seorang petualang dengan level terendah bisa menyelesaikan situasi krisis ini. Seluruh penjaga menunjukkan wajah kecewa.

Warrior itu turun dari monster dengan gesit dan tidak terlihat lamban karena tubuhnya yang besar.

"Apakah kamu tidak mendengar! Tinggalkan tempat ini sekarang!"

"Narberal, serahkan pedangku."

Suara Warrior itu jelas lebih lembut daripada para penjaga, tapi meskipun suara dari undead yang bergerombol itu terdengar jelas. Wanita cantik itu datang ke sisi warrior tersebut dan menyerahkan pedangnya.

"Lihat di belakangmu, itu bahaya kan."

Mengikuti peringatan warrior itu, para penjaga berbalik dan menyaksikan nasib mereka yang semakin mendekati akhir.

Ada sebuah figur yang lebih tinggi dari dinding setinggi 4 meter.

Itu adalah undead raksasa yang terbuat dari mayat dan ghoul yang tak terhitung jumlahnya.

"Wahh---"

Saat kelompok itu berteriak dan akan kabur, hal yang mengejutkan terjadi di depan mereka. Warrior yang memegang pedang itu berdiri dengan sikap seakan mau melempar tombak.

Apa yang dia lakukan?

pertanyaan itu hilang ketika mereka melihat gerakan selanjutnya.

Warrior itu melempar pedangnya dengan kecepatan luar biasa. Penjaga mencari tempat tujuan terbang dari pedang itu dan melihat sesuatu yang lebih menakjubkan.

Raksasa tersebut terdiri dari undead, Monster Undead yang kelihatannya tidak mungkin bisa dikalahkan itu, sempoyongan ke belakang seakan baru saja terkena serangan musuh yang lebih besar dari dirinya. Ketika dia roboh, suara gemuruh terdengar di seberang dinding, membuktikan bahwa raksasa itu memang roboh.

"---undead itu menghalangi."

Dark Warrior tersebut hanya berkata seperti ini saat dia menghunuskan pedang yang lain dan akhirnya bergerak maju.

"Buka gerbangnya."

Penjaga tersebut tidak bisa menangkap apa yang dikatakannya, mereka baru mengerti setelah berkedip beberapa kali.

"Ja.. Jangan bicara ngawur! Ada gerombolan undead yang besar di sisi lain dari gerbang!"

"Lalu? Apa hubungannya denganku, Momon?"

Menghadapi kepercayaan diri yang sangat kuat dari Dark Warior, mereka diam tak bisa berkata apapun.

"..Lupakan saja, mau bagaimana lagi jika kalian memang tidak mau membukanya, Aku akan pergi kesana sendiri."

Warrior itu mulai berlari kecil, melompat dari tanah dan menghilang di sisi lain dari dinding. Dan dia melakukannya sambil menggunakan armor yang kelihatannya berat itu.

Pemandangan tersebut seperti sebuah ilusi.

Para penjaga tidak percaya terhadap apa yang baru saja terjadi, hanya bisa menatap dengan mulut yang menganga lebar ke tempat yang kosong.

Wanita cantik yang tertinggal naik ke udara pelan-pelan dan pergi ke dinding ketika dia dihentikan oleh sebuah suara:

"Tunggu sebentar. Bawalah raja ini bersamamu!"

Suara itu datang dari monster besar yang dikendarai oleh warrior tersebut, suaranya sewibawa tampilannya.

Wanita cantik itu mengerutkan sedikit dahi -- membuat hilang kecantikannya -- dan menjawab:

"..Naiki tangga yang di sebelah sana. Kamu takkan terluka hanya karena jatuh dari ketinggian seperti ini, ya kan?"

"Tentu saja! Raja ini hanya ingin segera ke sisi tuannya! Tunggu raja ini, Tuan!"

Monster raksasa itu berlari melewati para penjaga dengan kecepatan yang hebat, dengan lincahnya menaiki tangga dan melompat dari dinding.

Tempat itu menjadi hening.

Seperti habis terkena badai, mereka berdiri kaku di tempat itu tidak tahu berapa lama. Ketika mereka sadar, seorang penjaga bertanya dengan suara gemetar:

"Hey... Apakah kalian mendengar itu?"

"Mendengar apa?"

"Suara undead."

Meskipun mereka memfokuskan telinga mereka, mereka tidak bisa mendengar apapun. Benturan yang tak habis-habis ke gerbang juga berhenti.

Penjaga yang ketakutan gemetar sambil bergumam.
"Hey, apakah kalian percaya ini? Warrior tersebut... menghadapi gerombolan besar undead, dia dengan mudah menembusnya... dan melanjutkan tanpa terluka."

Penjaga itu terkejut dan kagum.

Suara bising semakin berkurang karena undead telah ditarik dari sini oleh target baru. Memang masih sepi karena mereka masih bertarung dan belum kembali.

Pemikiran yang tidak bisa dipercaya ini memaksa para penjaga menaiki tangga. Pemandangan di hadapan mereka membuat para penjaga mempertanyakan mata mereka:

"Apa yang terjadi... Warrior itu... Siapa dia..."

Mereka hanya bisa melihat tubuh-tubuh yang tak terhitung jumlahnya tergeletak di tanah. Mayat yang tertumpuk seperti bukit, seluruh pemakaman dipenuhi dengan mayat yang berjatuhan. Beberapa yang mati masih memiliki negatif life force mereka, hanya saja sudah tak bisa lagi menggerakkan tubuh dan kehilangan kemampuan untuk bertarung.

Bau yang busuk mengalir dengan angin seperti yang diduga dan suara pertempuran masih bisa terdengar dari kejauhan.

"...Tidak mungkin... Mereka masih bertarung? Mereka menembus undead dalam jumlah besar! Itu memang tak terbantahkan...!"

"...Kurasa dia menyebut dirinya Momon... Memiliki medali tembaga tapi kekuatannya seperti itu, benar-benar menggelikan, tidak mungkin. Dia seharusnya pemilik legendaris dari medali adamantium ya kan?"

Semuanya mengangguk setuju dengan penilaian ini, Dengan kemampuan seperti itu pastinya dia tidak cocok menjadi petualang bermedali tembaga.

Dia seharusnya pemilik dari medali tertinggi -- seorang pahlawan.

Tidak ada kemungkinan yang lain.

"Kita... mungkin sedang melihat figur legendaris...Dark Warrior.. bukan, Dark Hero..."

Ucapan itu membuat semuanya mengangguk.

--

Kibasan tangan kanannya membuat satu undead terbang, sebuah kibasan tangan kiri memotongnya menjadi dua.

Badai satu kali bunuh Ainz akhirnya terhenti.

"Bawahan menjengkelkan."

Tangan Ainz memegang pedang yang dibuat secara magic lagi. Sambil melihat undead yang mengelilinginya dengan mata menjengkelkan, dia menghunuskan Pedang yang terkena noda pada mereka.

Undead itu menjadi ribut, mencoba kabur dari Ainz. Undead yang seharusnya tidak mengenal takut kelihatannya merasakan ketakutan tersebut dari Ainz.

"...Raja ini meminta maaf atas tindakannya."

Suara itu datang dari tempat yang tinggi di atas Ainz. Virtuous King of the Forest mengambang di udara dengan perutnya yang melebar dan kumis yang menurun, terdengar putus asa.

Yang menjawab bukanlah Ainz.

"Cukup... Diam. Susah sekali membawamu jika kamu terus bergerak."

Suara Narberal datang dari perut Virtuous King of the Forest. Karena dia tidak bisa terbang sendiri, dia diangkat dari bawah oleh Narberal, yang mengaktifkan magic flightnya. Separuh tubuhnya tertekan oleh perutnya yang lunak.

"Yang ini minta maaf sekali..."

Undead tingkat rendah yang tidak memiliki kecerdasan tidak menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Ainz. Mereka sensitif terhadap "yang hidup", jadi mereka merasakan bahwa Ainz berasal dari jenis mereka.

Tapi mereka tidak bisa melepaskan "yang hidup" dari Virtuous King of the Forest yang muncul kemudian. Ini menyeret Ainz kedalam pertarungan yang semrawut. Narberal mengangkat Virtuous King of the Forest dengan mantra terbangnya sehingga undead tidak bisa menyentuh dan menyakitinya.

Ketika Ainz mengambil langkah maju, undead-undead itu mundur. Jarak mereka tetap sama dalam pengepungan ini.

Pengepungan itu bergerak dengan Ainz di tengahnya menurut langkah Ainz. Undead kelihatannya sedang mencari kesempatan untuk menyerang, tapi siapapun yang akan maju akan dihancurkan oleh Ainz dengan sekali serangan. Jadi undead hanya mengelilinginya, tidak berani masuk dalam pertempuran.

Ada banyak contoh yang tak terhitung jumlahnya dari undead yang dihancurkan ketika mereka mendekat. Bahkan undead yang tidak memiliki kecerdasan belajar dari ini dan membentuk lingkaran.

"Tapi ini hanya akan mengulur waktu saja."

Ainz protes terhadap jumlah undead yang tersisa.

Jika Ainz menembusnya dengan serius, segerombolan undead bukanlah sebuah tantangan. Tapi jika dia memaksa masuk, undead itu mungkin akan terpencar, yang mana akan membuat penjaga yang ada di sekitar menjadi terbunuh. Dia akan kehilangan saksi, Ainz akan gagal meraih tujuan menjadi 'petualang yang menyelesaikan kemelut ini'. Jadi dia harus memancing undead sambil maju untuk memastikan keselamatan penjaga. Tapi ini membuat progressnya menjadi lambat.

Tapi Narberal mengambil kalimatnya secara harfiah:

"Mari kita panggil bantuan dari Nazarick. Dengan beberapa bantuan, kita bisa melumat sampah-sampah yang melawan Ainz-sama di kuburan ini."

"...Jangan bodoh. Aku sudah bilang padamu alasanku ke kota ini berkali-kali."

"Tapi Ainz-sama, jika anda ingin memperoleh ketenaran, akan lebih baik menunggu undead menghancurkan gerbang, dan membuat penampilan setelah ada lebih banyak korban, ya kan?"

"Aku sudah memikirkannya seperti itu. Jika kita tahu informasi seperti tujuan musuh dan kekuatan tempurnya di kota ini, kita mungkin bisa melakukannya. Tapi dengan kurangnya informasi, kita harus menghindari kehilangan inisiatif menyerang. Jika semuanya berjalan menurut rencana musuh, itu akan sangat tidak menyenangkan. Dan berdasarkan pengamatanku, kelompok lain mungkin akan mencuri kemenanganku."

"Oh begitu.. Ainz-sama memang menakjubkan. Mempertimbangkan tiap sudut, seperti yang diduga dari pemimpin tertinggi, saya sekali lagi takjub oleh anda. Ngomong-ngomong... mungkin anda bisa menjelaskannya pada saya akan sesuatu. Jika kita mengirim pelayan yang hebat dalam menyembunyikan diri, seperti asssassin Spiderblade delapan kaki dan Shadowdemons untuk mengawasi situasi sebelum keadaan berkembang, bukankah itu akan membantu kita bertindak pada saat yang terbaik?"

Ainz melihat Narberal yang sedang melayang tanpa berkata apapun.

Udara yang mengalir lirih. Berpikir ini adalah saatnya, beberapa undead maju dan dihancurkan oleh ayunan pedang dengan enteng.

"...Jika, jika aku harus mengajarimu atas segala sesuatunya, bagaimana kamu akan belajar? Pikirkan saja sendiri."

"Ya! Mohon maafkan saya."

Ainz yang sedikit goyah menoleh kembali untuk mengukur jarak dari gerbang, dan apakah penjaga bisa melihatnya.

"Mungkin itu ada benarnya, tapi waktu sudah mepet. Untuk membuka jalan, Aku akan menggunakan kekuatanku."

Ainz mengeluarkan kemampuannya.

[Create Mid-Tier Undead, Jack The Ripper]
(Membuat Undead Tingkat menengah, Jack The Ripper)

[Create Mid-Tier Undead, Corpse Collector]
(Membuat Undead Tingkat menengah, Corpse Collector)

Dua undead muncul setelah Ainz mengaktifkan mantranya.

Salah satu undead memakai topeng dengan wajah tersenyum dan jubah panjang. Separuh bawah dari jarinya sebesar pisau bedah.

Undead yang lainnya memiliki tubuh yang gemuk dan bintil di sekujur tubuh. Perban di seluruh tubuhnya berwarna kuning dengan beberapa kait baja. Kait itu tersambung ke rantai yang menyebabkan suara erangan.

Dua undead itu mematuhi perintah Ainz dan menyerang gerombolan undead yang berkumpul. Mereka hanya ada dua, tapi mereka unggul dalam hal kekuatan.

Sementara Jack the Ripper memotong anggota tubuh undead dengan pisau bedahnya dan Corpse Collector merobek kepala undead dengan rantainya, Ainz melanjutkan skill nya.

"Aku akan menyelesaikan ini semua sekaligus."

[Create Low-Tier Undead, Wraith]
(Membuat Undead Tingkat Rendah, Wraith)

[Create Low-Tier Undead, Skull Vulture]
(Membuat Undead Tingkat Rendah, Skull Vulture)

Setelah memanggil mereka, dia memberikan perintah:

"Jika ada siapapun yang mendekat ke pemakaman, usir mereka. Tidak apa jika kamu membunuh para petualang, tapi jangan lukai penjaga."

Tubuh Wraith menghilang seperit bayangan sementara Skull Vulture mengepakkan sayapnya yang hanya tulang itu dan terbang. Setelah menyelesaikan persiapannya, Ainz tertawa.

Mengirimkan Undead tingkat rendah sebagai tindakan pencegahan untuk mencegah para petualang menghabisi otak dibalik ini semua dengan magic terbang dan mencuri kemenangan dari pekerjaan Ainz.

"Kalau begitu, ayo pergi."

Dua undead yang dipanggil menunjukkan kemampuan mereka, membuat Ainz mampu menembus undead yang jumlahnya semakin berkurang.

Ainz dan Narberal datang ke kuil di dekat bagian dalam di pemakaman. Dia melihat beberapa figur mencurigakan membentuk formasi lingkaran di depan kuil, melakukan semacam ritual.

Jubah hitam yang melindungi tubuh mereka diwarnai dengan kualitas buruk. mereka menggunakan kain segitiga untuk menutupi wajah mereka, hanya menunjukkan mata mereka. Pucuk dari tongkat kayu di tangan mereka memiliki ukiran aneh.

Mereka terlihat pendek dan dinilai dari siluet tubuh mereka, semuanya adalah laki-laki.

Hanya pria yang terlihat seperti undead di tengah yang menunjukkan wajahnya, dan pakaiannya elegan. Orang yang memegang batu hitam di tangannya dan terlihat seakan sedang berkonsentrasi.

Bisikan mereka sampai di telinga Ainz melalui angin. Nada mereka berubah bersamaan dan terdengar seperti doa, tapi rasanya bukan seperti doa yang khidmat yang ditujukan kepada mereka yang telah tiada dan lebih mirip dengan ritual setan yang menodai yang mati.

"Apakah kita akan meluncurkan serangan tiba-tiba?"

Narberal berkata lirih ke telinga Ainz, tapi dia menggelengkan kepala dan berkata:

"Percuma. Mereka kelihatannya sudah tahu kehadiran kita."

Tanpa kemampuan spesial untuk menyembunyikan diri, Ainz berjalan nekad menuju mereka. Dia menghindari cahaya kuburan sambil berjalan, tapi musuh bisa melihat dengan jelas seperti siang hari jika mereka menggunakan [Night Vision]. Dari pengalaman Ainz, Summoner dan Summoned Monster memiliki sambungan telepati. Setelah membunuh begitu banyak undead, sekarang ini musuh mereka seharusnya sudah mengetahui Ainz yang mendekat.

Faktanya, beberapa dari mereka mulai menatap kelompok Ainz.

Mereka mungkin tidak menyerang karena mereka ingin mengatakan sesuatu. Itulah kesimpulan Ainz sambil berjalan ke arah mereka.

Ketika kelompok Ainz berjalan ke arah cahaya, kelompok yang mencurigakan itu mulai bertindak dan salah satu dari mereka berkata kepada yang di tengah: "Kajit-sama, mereka ada disini."

Okay, yaitu itu jelas bodohnya...Tidak, mungkin dia hanya berpura-pura bodoh, mari kita dengar apa yang ingin mereka katakan.

"Ara, malam yang indah. Bukankah sayang sekali menghabiskannya dengan ritual membosankan?"

"Hmmp...Aku yang memutuskan kapan waktu yang cocok untuk melakukan ritual. Lagipula, siapa kamu? Bagaimana kamu bisa menembus gerombolan undead?"

Pria di tengah formasi -- Jika itu bukan alias, pria yang disebut Kajit ini memiliki status yang paling tinggi disini -- bertanya kepada Ainz mewakili semuanya.

"Aku adalah seorang petualang yang ditugaskan untuk melakukan pencarian terhadap pemuda yang hilang... Kamu seharusnya tahu tanpa aku sebut namanya ya kan?"

Kelompok itu mulai bertindak, meyakinkan kecurigaan Ainz bahwa mereka bukan penonton yang tidak bersalah.

Ainz melihat mereka dari balik penutup kepalanya dan melihat Kajit yang sedang memeriksa sekeliling dengan senyum yang pahit.

"Apakah hanya segini dari kalian? Dimana yang lainnya?"

Hey, hey, apakah mungkin seseorang akan bertanya seperti itu? Ah.. Dia mungkin sedang waspada terhadap penyergap... tapi tanyalah setelah menggunakan otakmu sedikit. Dari kelihatannya, dia ini bukan apa-apa melainkan hanya pion catur yang ditinggalkan.

Ainz mengusap kepalanya dan menjawab:

"Hanya ada kami. Kami terbang kemari menggunakan magic flight."

"Bohong, itu tidak mungkin."

Ainz merasa ada maksud tersembunyi dibalik kepercayaan diri dalam kalimat Kajit dan bertanya:

"Percaya atau tidak itu terserah padamu. Kembali ke topik, jika kamu mengembalikan pemuda itu tanpa luka, Aku bisa mengampuni nyawamu ya kan? Kajit."

Kajit menatap ke arah murid bodoh yang memanggil namanya.

"---Dan namamu adalah?"

"Sebelum itu, aku ingin bertanya sesuatu. Selain kalian semua, apakah ada yang lainnya?"

Kajit melihat Ainz dengan mata dingin:

"Hanya ada kami--"

"--Bukan hanya kalian, ya kan? Seharusnya ada seorang lagi yang menggunakan senjata jarak dekat.. Mau melakukan serangan tiba-tiba? Ataukah dia bersembunyi karena takut kepada kami?"

"Ohh~ kamu memeriksa mayatnya~ Menakjubkan~"

Suara seorang wanita datang dari arah kuil.

Wanita itu menunjukkan diri pelan-pelan, suara benturan logam bisa terdengar dari setiap langkah yang dia ambil.

"Kamu..."

"Ara~ Kita sudah ketahuan~ Percuma saja tetap bersembunyi. Ngomong-ngomong~ Aku hanya bersembunyi karena aku tidak bisa menggunakan [Conceal Life]~"

Wanita itu tersenyum pahit, menjawab Kajit yang terdengar ganas.

Meskipun menunjukkan muka yang kuat, mereka masih tidak menggunakan sandera Nfirea -- Mungkin Nfirea sudah tewas. Saat Ainz memikirkannya, wanita itu bertanya:

"Bolehkah aku tahu namamu? Ah, Aku adalah Clementine. Senang bertemu denganmu."

"..Percuma saja, tapi aku akan menghiburmu. Aku adalah Momon."

"Aku tak pernah mendengar nama itu sebelumnya... Bagaimana denganmu?"

"Aku juga tidak~ Aku sudah mengumpulkan informasi tentang seluruh petualang yang memiliki level tinggi di kota ini, tapi tidak ada yang bernama Momon. Mengapa kamu bisa tahu tempat ini? Pesan kematian menunjukkan selokan loh"

"Jawabannya ada di bawah jubahmu. Tunjukkan padaku."

"Wah~ Dasar Mesum~"

Setelah berkata demikian, wanita itu -- wajah Clementine berubah. Senyum sangat lebar hampir menyentuh telinganya:

"Cuma bercanda~ maksudmu ini?"

Clementine membuka jubahnya, menunjukkan armor bersisik dengan banyak warna. Tapi mata Ainz yang bagus langsung dapat melihat kebenaran di balik armor itu. Itu bukan armor bersisik, tapi medali metallic.

Ada banyak medali petualang disana, Platinum, Emas, Perak, Besi, Tembaga, bahkan ada mythrill dan orichalcum juga. Ini membuktikan bahwa Clementine telah membunuh para petualang dan mengambil medali mereka sebagai trofi. Suara clank..clank.. dari logam itu seperti erangan yang telah tiada.

"Trofi itulah... yang mengatakan kepadaku tempat ini."

Clementine memiliki ekspresi bingung tapi Ainz tidak ingin menjelaskan.

"...Nabel. Hadapi pria-pria itu termasuk Kajit. Aku akan menghadapi wanita ini."

Setelah Ainz selesai, dia memperingatkan Narberal dalam suara lirih untuk berhati-hati terhadap yang ada di atas dia.

"Saya mengerti."

Kajit tersenyum menghina sementara Narberal bermata dingin dan mengeluarkan ekspresi tidak tertarik.

"...Clementine. Ayo bertarung di sebelah sana."

Ainz tidak menunggu jawaban Clementine dan berjalan menjauh. Dia sangat yakin musuhnya tidak akan menolak, dan suara langkah kaki santai di belakangnya membuktikan keyakinannya.

Setelah agak jauh, tempat dimana Narberal dan Kajit berada tersambar oleh petir yang bersinar terang dan memekakkan telinga. Petir ini seperti isyarat, mendesak Ainz dan Clementine untuk saling menatap.

"Jangan-jangan orang-orang yang kubunuh di toko itu adalah teman-temanmu? Apakah kamu marah karena teman-temanmu tewas~?"

Seakan mengejek, Clementine melanjutkan:

"hahaha, Magic Caster itu menggelikan. Sampai akhir dia percaya seseorang akan datang untuk menyelamatkannya~ 'dengan stamina kecil seperti itu dia tidak mungkin bisa bertahan' sampai bantuan tiba... Apakah yang seharusnya menjadi penolong itu adalah kamu? Maaf~ Aku sudah membunuh mereka."

Ainz menggelengkan kepalanya pada Clementine yang tersenyum:

"...Tidak, tak perlu meminta maaf."

"Benarkah? Sayang sekali~ Akan menarik bisa membuat marah mereka yang tidak tenang ketika teman-teman mereka disebutkan. Hey, mengapa kamu tidak marah? Membosankan sekali! Apakah mereka bukan teman-temanmu?"

"...Aku juga melakukan hal yang mirip, jadi aku seperti orang munafik jika menyalahkanmu."

Ainz mengangkat pedangnya pelan-pelan:

"...Mereka adalah alat untuk menaikkan ketenaranku. Setelah mereka kembali ke kedai, mereka akan menyebarkan cerita tentangku kepada petualang lain, bagaimana hanya kami berdua mengalahkan Virtuous King of the Forest.
Menghalangi Rencanaku itu membuatkan sangat tidak senang."

Sesuatu di nada Ainz membuat Clementine tersenyum:

"Ternyata begitu~ Sayang sekali aku dibenci oleh yang lain~ Oh ya, memilih melawanku adalah sebuah kesalahan~ Gadis cantik itu adalah seorang Magic Caster ya kan? Tidak mungkin baginya untuk menang melawan Kajit-chan~ Jika kalian bertukar, kalian mungkin bisa menang jika beruntung. Tapi wanita itu tidak akan menang melawanku juga~"

"Untuk menang melawanmu, Nabel sudah lebih dari cukup."

"Jangan bodoh~ Cuma seorang Magic Caster bisa mengalahkanku? Pertarungan akan selesai sebelum disadari~ Selalu begitu~"

"Oh begitu, kamu sangat percaya diri dengan kemampuan sebagai seorang warrior..."

"Jelas saja. Di negara ini tak ada warrior yang bisa mengalahkanku~ Koreksi, hampir tak ada warrior yang bisa mengalahkanku~"

"Begitukah...Aku terpikirkan ide yang bagus. Aku akan memberimu handicap dan menggunakan balas dendamku seperti itu."

Clementine memicingkan mata dan menyatakan ketidaksenangan untuk pertama kalinya:

"Menurut informasi dari anak-anak windflower, hanya ada lima orang yang bisa seimbang melawanku. Gazef Stronoff, Blue Rose Gagaran, Crimson Droplet's Lucen Bagel, Brain Unglaus dan Wise Croft de Lefan yang sudah pensiun tetapi mereka tidak bisa mengalahkanku meskipun mereka tidak memiliki rintangan yang menahan mereka. Aku bahkan bisa melakukan itu tanpa item magic yang diberikan oleh negara kepadaku"

Clementine menunjukkan sikap jijik kepada Ainz:

"Aku tidak tahu seberapa menjijikkannya wajah dibalik penutup kepala itu, tapi aku, yang telah melebihi batasan manusia biasa~ dan melangkah ke dunia pahlawan, takkan pernah kalah!"

Dibandingkan dengan Clementine yang bersemangat, Ainz sangat tenang dan berkata:

"Itulah alasan mengapa aku akan menawarkan handicap kepadamu. Aku takkan melawanmu dengan kekuatan penuh."

Overlord Light Novel Bahasa Indonesia

2 komentar:

brian torao mengatakan...

sankyu overlord vol.2 bab 4 bag. 3

Unknown mengatakan...

Overlord vol 2 chapter 4 part 3
Fin