Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

09 Februari, 2016

Overlord - Vol 4 - Chapter 2 Part 1

Gathering, Lizard man - Berkumpul, Manusia Kadal

Part 1


Overlord Light Novel
Ini sudah separuh hari mengendarai Rororo menyusuri tanah basah. Matahari juga sudah tinggi, namun Zaryusu tidak menemui musuh apapun yang dia khawatirkan, dan tiba dengan selamat di tempat tujuannya.

Di tanah basah itu, ada beberapa permukiman dengan rumah yang dibangun dengan gaya yang sama dengan suku Green Claw, dikelilingi oleh tonggak-tonggak runcing menghadap ke luar di semua sisi. Meskipun ada celah yang lebar di antara tonggak-tonggak tersebut, cukup efektif dalam menghalangi makhluk-makhluk besar seperti Rororo dari penyerangan. Meskipun jumlah rumah-rumah itu kurang dari rumah di suku Green Claw, secara individu, masing-masing rumah tersebut ukurannya lebih besar.

Jadi tidak jelas yang mana yang memiliki populasi yang lebih besar.

Setiap peduduk memiliki bendera yang ditempelkan dan berkibar tertiup angin. Bendera-bendera tersebut seluruh memiliki simbol lizardmen suku Red Eye.

Benar, ini adalah tujuan pertama dari Zaryusu - pemukiman suku Red Eye.

Setelah mengawasi sekitarnya, Zaryusu bernafas dengan lega.


Ini karena, untungnya bagi Zaryusu, tempat habitat mereka berada dalam jalan tanah basah yang sama, tetap seperti sebelumnya. Pada dasarnya dia teringat bahwa mereka bisa saja pindah akibat dari peperangan terakhir, sehingga Zaryusu harus mulai mencari lagi suku mereka.

Zaryusu melihat ke belakang jalan tempat dia datang, dan meskipun dia tidak bisa melihat dengan jelas, sedikit di luar pandangan matanya adalah desanya sendiri. Sekarang ini, desanya sudah bersemangat membuat berbagai macam persiapan. Meskipun dia pergi dengan perasaan gugup, dia bisa yakin bahwa desanya akan aman dari serangan untuk sesaat.

Fakta bahwa Zaryusu bisa tiba dengan selamat disini adalah buktinya.

Dia tidak bisa memutuskan apakah ini adalah celah dari rencana Yang Mulia (Ainz) atau apakah tindakan Zaryusu juga berada dalam perhitungannya, tapi dalam kesempatan apapun musuh saat ini tidak berniat menelan ucapannya sendiri, dan tidak mencoba untuk menghalangi persiapan pertempuran.

Tentu saja, meskipun jika yang disebut Yang Mulia ini menggerakkan tangannya untuk ikut campur, Zaryusu hanya bisa bertindak mempraktekkan apa yang dipercayainya.

Zaryusu melompat turun dari Rororo dan meregangkan tubuhnya. Meskipun mengendarai Rororo melewati jarak yang panjang membuat ototnya kaku, meregangkan punggungnya membuat lelah itu terasa nyaman.

Selanjutnya, Zaryusu memerintahkan kepada Rororo untuk tetap pada posisinya dan menunggu dirinya, lalu mengeluarkan beberapa ikan kering dari tasnya untuk Rororo, sebagai sarapan dan makan siang.

Sejujurnya, dia ingin Rororo mencari makan sendiri dai sekitar sini, tapi menahan diri untuk tidak memberikan perintah itu karena kemungkinan akan mengganggu tempat perburuan suku Red Eye.

Setelah mengusap kepala Rororo beberapa kali, Zaryusu persi sendiri dan terus melaju.

Jika dia membawa Rororo dengannya, pihak lain bisa merasa takut dengan hydra tersebut dan tidak bersedia untuk keluar. Zaryusu kemari untuk membentuk aliansi, dan tidak ingin muncul dengan senjata besar.

Dia maju sambil membuat suara percikan air.

Di sudut pandangnya, Zaryusu bisa melihat suku Red Eye yang sedang berjalan dalam satu barisan di bagian dalam pinggiran tonggak-tonggak itu. Equipment mereka sama denga dengan yang dimiliki suku Green Claw, tidak memakai armor dan menggenggam tombak kayu yang terbuat dari tulang yang diruncingkan dan menempel di ujung tombak kayu tersebut. Ada juga orang-orang yang membawa tali untuk melempar batu, tapi karena yang ini tidak ada batunya, mengindikasikan bahwa mereka tidak berniat menyerang langsung.

Zaryusu mencoba sebaik mungkin untuk menghindari menstimulasi pihak lain, jadi dia pelan-pelan mendekat hingga kedua pihak tiba sebelum pintu masuk. Dia mengarahkan tatapannya kepada lizardmen yang sedang berjaga dan mengeluarkan suara.

"Aku adalah Zaryusu Shasha dari suku Green Claw. Ada masalah yang ingin aku diskusikan dengan kepala suku kalian!"

Setelah beberapa saat, seorang lizardmen terhormat yang memegang tongkat untuk berjalan muncul, dengan lima lizardmen kekar mengikuti di belakangnya. seluruh tubuh lizardmen tua dari atas hingga bawah memiliki simbol-simbol yang dilukiskan dengan lukisan tubuh warna putih.

Apakah dia adalah tetua Druid?

Zaryusu mempertahankan sikap siaganya.

Orang yang ada di depannya ini adalah orang yang memiliki posisi yang setara, oleh karena itu dia tidak bisa menunjukkan tampang lemah. Meskipun tetua druid mengamati simbol di dadanya, Zaryusu tidak mundur.

"Zaryusu Shasha, suku Green Claw. Aku kemari untuk mendiskusikan sebuah masalah."

"..Meskipun aku tidak bisa bilang kalau kamu disambut disini, pemimpin suku kami bersedia bertemu denganmu. Datanglah bersama kami."

Retorika aneh ini membuat Zaryusu bingung.

Apa yang membuat dia bingung adalah mengapa individu lain yang tidak disebut kepala suku, dan mengapa mereka tidak memintanya untuk menunjukkan sebuah item untuk membuktikan identitasnya. Namun mengatakan apapun saat ini bisa membuat marah pihak lain, dan itu akan menimbulkan masalah. Meskipun dia merasa agak aneh, Zaryusu perlahan mengikut di belakang barisan lizardmen.

----

Dia dibawa ke dalam gubuk kecil yang indah.

Lebih luas daripada milik kakak Zaryusu. Dinding ini dicat dengan corak langka, menunjukkan bahwa pemiliknya adalah dari kalangan bangsawan.

Apa yang menyita perhatiannya adalah gubuk itu tidak memiliki jendela, hanya sebuah celah untuk ventilasi. lizardmen bisa melihat obyek dengan jelas di kegelapan, tapi bukan berarti mereka menikmati kegelapan.

Lalu mengapa ada orang yang ingin tinggal di gubuk yang gelap?

Zaryusu memiliki banyak keraguan tapi tak bisa menanyakan jawabannya kepada siapapun.

Melihat di belakangnya, druid dan warrior yang memimpin tadi sudah pergi.

Ketika mereka yang memimpin jalan tadi bilang kepadanya bahwa mereka pergi, dia merasakan bahwa mereka terlalu ceroboh. Dia hampir kelepasan hal itu.

Tetapi ketika Zaryusu mendengar bahwa ini adalah permintaan pemimpin dari suku, Pendapatnya terhadap orang yang menunggu di dalam gubuk meningkat.

Meskipun dia bersumpah kepada kakaknya bahwa dia akan kembali dengan selamat, Zaryusu sudah siap jika ada kemungkin bahwa dia tidak bisa memenuhi janji itu. Oleh karea itu, mengelilinginya dengan pasukan bersenjata hanya akan membuatnya kecewa pada kenyataan bahwa hanya ini yang bisa mereka lakukan.

Namun, jika pihak lain sudah tahu maksudnya dan masih menunjukkan kebaikan...

Mungkin dia adalah negosiator ulung, musuh yang menjengkelkan...

Mengabaikan mata yang mengintip dari kejauhan, Zaryusu langsung masuk ke pintu dan mengumumkan dengan suara keras:

"Aku adalah Zaryusu Shasha dari suku Green Claw, dan aku kemari untuk bertemu dengan pemimpin suku."

Sebuah suara keil dari dalam merespon dengan baik, suara seorang wanita. Memperbolehkannya masuk.

Zaryusu membuka pintu tanpa ragu.

Interior gubuk itu segelap yang dia bayangkan.

Karena perbedaan kecerahan, meskipun dia memiliki penglihatan malam, Zaryusupun harus berkedip berkali-kali.

Udara di dalam sini beraroma mirip dengan obat-obatan, bercampur dengan aroma tanaman obat yang menusuk hidung. Zaryusu membayangkan lizardmen wanita yang tua, tapi ini jauh dari kenyataannya.

"Selamat Datang."

Sebuah suara keluar dari dalam kegelapan. Dia telah salah menganggap suara itu adalah suara wanita tua. Tapi setelah mendengarnya dari dekat, suara itu mengandung energi masa muda.

Akhirnya terbiasa dengan perubah cahaya, seorang lizardmen muncul di depan matanya.

Putih.

Itu adalah kesan pertama Zaryusu.

Sisik seputih salju, murni tak ada noda. Mata merah yang cerah dan bulat seperti ruby, dan tubuh yang langsing bukan tubuh seorang pria, tapi seorang wanita.

Seluruh tubuhnya ditutupi oleh corak merah dan hitam, artinya dia adalah lizardmen dewasa, bisa menggunakan berbagai macam magic dan ... belum menikah.

Zaryusu pernah sekali ditusuk oleh tombak di masa lalu.

Saat itu, Zaryusu merasa tubuhnya dibakar api yang menggelora seakan ditusuk oleh besi panas dan jantungnya juga diikuti dengan detak yang cepat, keduanya digabungkan menghasilkan perasaan luka yang menjalar ke seluruh tubuh.

Tidak ada rasa perih, tapi...

Zaryusu kehilangan kata-kata dan berdiri tak bergerak.

Setelah mengartikan keheningan Zaryusu dengan caranya sendiri, Kepala suku tersebut hanya memberinya senyum rendah hati.

"Kelihatannya aku adalah pemandangan aneh meskipun bagi pembawa salah satu dari empat harta, Frost Pain."

Albino di alam memang langka, sebagian karena mereka terlalu mencurigakan. Membuatnya sulit bagi mereka untuk selamat.

lizardmen yang beradab entah bagaimana memiliki tendensi lemah terhadap cahaya matahari, penglihatan yang buruk, mereka tidak sampai pada level peradaban dimana individu tersebut bisa selamat. Oleh karena itu sangat langka untuk bertemu dengan albino dewasa. Ada banyak kasus dimana mereka dibunuh ketika lahir.

Seharusnya termasuk beruntung jika seorang albino terlihat sebagai existensi yang tercela bagi lizardmen biasa. Bahkan ada beberapa yang melihat mereka sebagai monster, itulah kenapa dia memiliki sikap mencela dirinya sendiri.

Namun Zaryusu tidak melihatnya seperti itu.

"...Ada apa?"

lizardmen wanita yang ada di dalam menanyakan pertanyaan yang mengejutkan terhadap Zaryusu yang tidak bergeming di pintu. Tak bereaksi terhadap pertanyaannya, Zaryusu mengeluarkan tangisan yang bergetar.

Mendengar suara ini, lizardmen wanita itu membuka lebar-lebar matanya dan membuka mulutnya, terkejut, bingung dan malu.

Itu adalah suara tidak lain adalah teriakan ingin bercumbu.

Zaryusu mengembalikan kesadarannya dan menyadari apa yang telah dia lakukan. Sama seperti telinga manusia yang memerah, dia menjentikkan ekornya berkali-kali karena gugup.

"Ah, tidak, salah, tunggu tidak salah, bukan itu, ini bukan apa yang aku..."

Gerakan gugup Zaryusu membuat lizardmen wanita itu tenang, dan dia tersenyum, membuat Zaryusu bingung.

"Tolong tenang. Menyusahkan jika anda bergerak terlalu semangat."

"Ah! Maaf."

Zaryusu menggantungkan kepalanya, membuat permintaan maaf dan masuk ke dalam ruangan. Di waktu yang sama ekor lizardmen wanita itu jatuh seakan dia akhirnya tenang. Namun ujung dari ekornya masih sedikit bergetar, mengindikasikan bahwa dia tidak sepenuhnya tenang.

"Tolong kemarilah."

"...Terima kasih banyak."

Masuk ke dalam rumah, Zaryusu melihat area dimana disitu ada bantal empuk dari tanaman yang tidak diketahui. Dia duduk di atasnya, dan duduk di seberang wanita itu.

"Ini pertama kalinya kita bertemu, aku adalah traveler dari suku Green Claw, Zaryusu Shasha."

"Terima kasih atas perkenalan anda. Saya adalah pemimpin suku Red Eye, Crusch Lulu."

Setelah perkenalan selesai, keduanya saling memandang satu sama lain seakan menebak maksud masing-masing.

Gubuk itu hening sejenak, tapi ini tidak bisa dibiarkan terjadi. Zaryusu adalah tamu, oleh karena itu sebagai tuan rumah Crusch yang seharusnya berkata terlebih dahulu.

"Pertama, Tuan pembawa pesan, aku yakin kita tidak perlu terlalu formal. Aku ingin kita bicara dengan bebas, jadi silahkan buat diri anda senyaman mungkin."

Menerima penawaran untuk bicara tanpa hambatan, Zaryusu mengangguk.

"Saya sangat berterima kasih untuk itu, karena saya tidak terbiasa berbicara dengan nada serius dan formal."

"Kalau begitu maukah anda berbagi alasan kunjungan anda?"

Meskipun dia bertanya, Crusch sudah memiliki ide kasarnya.

Undead misterius yang muncul di tengah desa. Magic untuk mengendalikan udara, magic tingkat 4 [Control Cloud]. dan sekarang lizardmen pria dari suku lain, seseorang yang bisa disebut pahlawan.

Mulai sini, hanya ada satu jawaban. Saat Crusch memikirkan bagaimana menjawab Zaryusu - Dia merasakan seluruh ekspektasinya pecah.

"...Tolong menikahlah dengan saya."

.....
.....?
.....?!
"....Ha?!"

Dalam sekejap, Crusch meragukan telinganya.

"Sebenarnya, ini bukan tujuan saya yang sebenarnya kemari. Aku tahu benar bahwa ini harus menunggu hingga tujuan saya selesai. Tapi saya tidak bisa bohong dengan hati saya. Anda mungkin akan menertawakan pria bodoh ini."

"A...a...ah...ha."

Ini adalah kalimat yang tak pernah dia dengar sejak lahir, dan berpikir bahwa mungkin tidak ada kaitan apapun dengannya. Pikirannya kacau karena badai yang bergolak, tersebar ke seluruh tempat dan sepertinya wanita itu tidak bisa mengatur mereka.

Terhadap Crusch yang kebingungan, Zaryusu mengungkapkan senyum yang memaksa dan melanjutkan pembicaraannya:

"Maafkan saya, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan, kami sekarang menghadapi keadaan yang tidak menentu. Jawaban anda bisa menunggu hingga ini selesai."

"Uh, ha...haha."

Akhirnya mampu menata kembali pikirannya dan berhasil melanjutkan, Crusch mendapatkan kembali ketenangan. Namun ketika teringat ucapan Zaryusu sesaat yang lalu, pemikirannya kembali kacau.

Crusch mencoba untuk diam-diam mengintip wajah pria di depannya yang sangat tenang.

Mengatakan hal seperti itu kepadaku, tapi dia masih sangat tenang.... Mungkin dia terus-terusan melamar orang lain?! Atau mungkin dia sudah terbiasa dengan lamaran yang sering? ... Meskipun dia agak terburu-buru...Ah, apa yang sedang kupikirkan, pasti, dia ingin mengendalikanku, membuat lamaran kepadaku dan mengambil cintaku. Me...Melamar orang sepertiku...

Dia, yang tak pernah merasa diperlakukan sebagai seorang wanita, tidak mampun tenang dan gagal mengetahui ujung ekor Zaryusu yang juga sedikit bergetar. Pria di depannya juga menggunakan kekuatan untuk mengendalikan emosinya agar tidak tampak.

Itulah kenapa sebuah keheningan pun muncul. Kedua individu tersebut membutuhkan waktu hening untuk membiarkan kegembiraan di hati menjadi reda.

Hampir sepuluh menit kemudian, kelihatannya sudah bisa kembali ke topik semula.

Crusch berniat menanyakan kepada Zaryusu lagi alasan kunjungannya, tapi teringat ucapan sebelumnya.

...Bagaimana cara mengatakannya!

Dengan sebuah tepukan, ekor Crusch memukul papan lantai. Pria di depannya terkejut, seakan dialah yang terkena tamparan itu.

Tindakah ini terlalu tidak sopan, dan merasa panik.

Meskipun dia hanya seorang traveler, selain itu juga seorang wakil suku.... dan terlebih lagi bukan lizardmen biasa, tapi seorang pahlawan yang memegang Frost Pain. Ketidaksopanan terhadap seseorang seperti itu tidak bisa dimaafkan.

Tapi ini adalah salahmu juga! Terlebih lagi, katakanlah sesuatu!

Zaryusu kenyataannya merasa malu dengan tindakannya yang terburu-buru, dan memilih untuk tetap diam. Namun Crusch, yang sedang bingung dengan emosinya seakan menutup gunung api aktif, tidak mengetahui ini sama sekali.

"karena kamu bukan orang yang ketakutan dengan tubuhku, mungkin tidak aneh jika kamu adalah seorang pahlawan?"

Terhadap ucapan Crusch yang menusuk, Zaryusu terlihat bingung dan tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Crusch juga penasaran sebenarnya apa yang dia pikirkan.

"Tidak takut dengan tubuh albinok, maksudnya."

"...Itu seperti salju putih yang menutupi puncak pegunungan."

"...Eh?"

"...Warna yang cantik."

Tentu saja, dia tak pernah mendengar baris kalimat ini sekalipun di hidupnya.

A.. Apa yang pria ini katakan!

Tekanan di dalam tubuh memuncak hingga membuat Crusch sampai pada titik dimana dia tidak bisa lagi dibendung, dan tutup yang menahan tersebut akhirnya terlepas dengan sebuah frase. Sementara Crusch tenggelam dalam bayangannya, Zaryusu dengan lembut meraih dan mengusap sisiknya. Warna yang cerah itu polesan kecantikan...dan sedikit pada sisik-sisik yang keren itu tangan Zaryusu bergerak ke bawah seperti air pada sungai yang mengalir.

Hiss! Itu adalah suara peringatan, tapi ada hal lain yang tercampur di nafasnya pula.

Memberikan keduanya peluang untuk memperoleh ketenangan mereka yang hilang.

Keduanya menyadari apa yang dia lakukan padanya dan apa yang dia lakukan secara tidak sadar. Seluruh tubuh mereka gemetar. Mengapa aku melakukan hal itu? Mengapa aku membiarkannya? Keraguan menjadi kegugupan, dan kegugupan menjadi kebingungan.

Sebagai hasilnya, dua ekor menepuk lantai, cukup keras sehingga menggetarkan gubuk.

Lalu keduanya saling melihat masing-masing, dan memastikan status ekor masing-masing. Seakan waktu berhenti, kedua ekor itu berhenti bergerak.

"..."

"..."

Suasananya berat, atau mungkin lebih baik dijelaskan sebagai gugup. Keheningan terhadap kedua individu tersebut, diikuti dengan keduanya yang saling mencuri pandang satu sama lain. Crusch akhirnya bisa menata pikirannya, dia bertanya pada Zaryusu dengan tatapan beku, bertekad untuk mendeteksi kebohongan apapun dalam ucapannya.

"...Mengapa kamu...tiba-tiba sekali?"

Meskipun Crusch bermasalah dalam mengungkapkan pemikirannya menjadi kalimat, Zaryusu mengerti lalu membalas dengan jujur dan tanpa ragu.

"Itu adalah cinta pada pandangan pertama. Disamping itu, kematian mungkin akan dihasilkan dari perang kali ini, dan aku tidak ingin meninggalkan penyesalan di belakang."

Kejujuran yang sederhana, kalimatnya yang tidak menyembunyikan emosi apapun membuat Crusch sesaat kehilangan kata-kata. Namun, ada bagian yang dia tidak bisa memahaminya.

"...Bahkan seorang pemegang Frost Pain yang terkenal sudah bersiap untuk mati di medan pertempuran?"

"Benar sekali. Musuh kali ini adalah musuh yang kuat, yang tidak bisa dianggap remeh...Apakah anda pernah melihat monster yang bertindak sebagai pembawa pesan? yang datang ke desa kami memiliki penampilan itu.."

Crusch menerima ilustrasi yang diberikan Zaryusu, dan mengangguk setelah memberikan tatapan sepintas.

"Ya, Itu adalah monster yang sama."

"Apakah kamu tahu monster macam apa itu?"

"Tidak. Termasuk saya, tak ada yang tahu di suku kami."

"Begitukah...sebenarnya aku pernah menemui monster semacam itu sekali sebelumnya.."
Zaryusu berbicara hingga titik ini dan terdiam sebentar mengawasi respon Crusch saat dia melanjutkan
"..dan aku kabur."

"..Eh?"

"Tidak mungkin dikalahkan. Tidak, jika dikatakan baik-baik, itu adalah peluang lima puluh - lima puluh tewas."

Crusch lalu mengerti bahwa monster itu adalah undead yang menakutkan, dan menghela nafas lega bahwa keputusannya untuk menghentikan warrior kemarin adalah keputusan yang benar.

"Dia bisa mengeluarkan teriakan dan membuat bingung mental lawannya. Tidak hanya itu, dia memiliki tubuh transparan oleh karena itu hampir seluruhnya kebal dengan serangan senjata yang tidak diberi magic. Menggunakan jumlah juga tidak berhasil."

"Diantara magic yang dipakai oleh para druid kami, ada semacam magic yang bisa menambah magic ke dalam pedang sementara..."

"..Apakah bisa digunakan untuk melawan serangan mental?"

"Bisa digunakan untuk menguatkan perlawanan, tapi melindungi keadaan mental setiap orang adalah hal yang terlalu banyak dan kekuatan kami tidak akan cukup."

"Jadi seperti itu...apakah semua druid mampu menggunakan magic itu?"

"Jika untuk menguatkan terhadap pertahanan, hampir seluruh druid mampu melakukannya. Tapi aku hanyalah satu-satunya di suku ini yang bisa berlindung dari kebingungan pikiran."

Crusch melihat nafas Zaryusu yang sedikit berubah. Kelihatannya dia sudah mengetahui posisi Crusch dan bukan hanya titel kosong.

Benar sekali. lizardmen Crusch Lulu adalah druid hutan yang sangat ahli. Mungkin bahkan diatas beberapa druid lain dari lizardmen.

"..Nomer berapa giliran suku Red Eye diserang?"

"Musuh bilang kami nomer empat."

"Ternyata begitu, apa rencanamu?"

Waktu berlalu.

Crusch merenung apakah dengan mengeluarkan rencana tersebut akan menguntungkan. Suku Green Claw pasti memilih perang, dan tujuan Zaryusu dengan datang kemari seharusnya adalah membentuk aliansi, meminta untuk menuju medan perang bersama-sama. Dengan hal tersebut di otaknya, apa yang harus dilakukan agar menguntungkan suku Red Eye?

Suku Red Eye pada dasarnya tidak ingin membentuk aliansi. Pendapat mereka adalah untuk memilih mengungsi. Pergi ke medan perang melawan orang-orangyang bisa melakukan magic tingkat 4 adalah ide yang sangat buruk. Terlebih lagi, mengetahui bahwa undead yang dikirimkan oleh musuh memiliki kemampuan mengertikan seperti itu membuatnya jelas sekali bahwa tidak ada lagi keputusan lain.

Namun, sejujurnya membuka pemikiran tersebut apakan benar-benar ide yang terbaik?

Kepada Crusch yang terjebak dalam pemikirannya sendiri, Zaryusu memicingkan matanya, dan membuka mulut untuk bicara:

"Biar kuberitahu sesuatu apa yang sebenarnya aku pikirkan."

Tidak tahu apa yang akan Zaryusu katakan, Crusch melihatnya dengan mata yang tak berkedip.

"Apa yang aku khawatirkan adalah apa yang terjadi setelah mengungsi."

Bagi Crusch yang tidak bisa memahami arti kalimat ini, Zaryusu dengan tenang melanjutkan.

"Apakah anda mengira setelah bergerak menjauh dari lingkungan yang familiar yang terbiasa kalian tempati, apakah kalian bisa mempertahankan gaya hidup yang sama dengan yang sekarang?"

"Tidak mungkin...bukan, itu akan sulit."

Jika mereka meninggalkan tempat ini dan membuat tempat habitat baru, mereka harus bertarung mempertaruhkan nyawa -- mereka harus memenangkan pertarungan untuk selamat. Kenyataannya adalah bahwa lizardmen sebenarnya bukan penghuni satu-satunya danau ini, dan mereka memperoleh sebagian tanah basah ini setelah melakukan peperangan bertahun-tahun yang melelahkan. Bagi spesias macam ini, tidak mudah bagi mereka untuk membuat habitat baru di lingkungan yang tidak diketahui.

"Ada juga cukup banyak peluang akan kekurangan makanan."

"Mungkin juga."

Crusch, yang tidak mampu memahami apa maksud yang ingin disampaikan oleh lizardmen pria di depannya ini, membalas dengan nada curiga yang tajam.

"Kalau begitu, jika lima suku terdekat mengungsi sama-sama, apa kira-kira yang akan terjadi?"

"Itu...!"

Crusch terdiam, karena dia sudah tahu maksud sebenarnya dibalik ucapan Zaryusu.

Meskipun ukuran danau sangat luas, ketika sebuah suku memilih area tertentu untuk menjadi tempat pengungsian, area itu juga akan menjadi bagi suku lain yang menginginkannya. Oleh karena itu, hanya pindah ke tempat baru bisa memicu peperangan lain untuk bertahan hidup, mereka juga akan memiliki musuh yang akan bertarung untuk ikan sebagai bahan makanan pokok. Jika seperti ini, situasi macam apa yang akan terjadi selanjutnya? Akhirnya tidak ada jaminan bahwa hasil yang paling ditakuti akan muncul, menjadi peperangan seperti masa lalu.

"Jangan-jangan... alasan kamu ingin berperang meksipun mungkin tidak akan menang..."

"...Benar sekali. Dengan gabungan suku-suku lain, aku mempertimbangkan berapa banyak sisa mulut yang bisa kita beri makan."

"Untuk hal semacam itu!"

Itulah kenapa dia ingin membentuk sebuah pasukan. Jadi meskipun jika mereka kalah dalam peperangan, lizardmen yang butuh makanan akan berkurang.

Dalam peperangan untuk selamat, adalah hal yang ekstrim tetapi bisa dimengerti jika berpikir bahwa semua orang selain warrior yang bisa bertarung, hunter dan druid adalah bisa digantikan. Tidak, dalam jangka panjang mungkin sebaiknya sisanya cukup mati saja.

Dengan lebih sedikit mulut yang diberi makan artinya semakin sedikit kebutuhan makanan untuk bisa selamat. Untuk itu, bahkan hidup berdampingan juga bisa terjadi.

Crusch dengan penuh kebinungan mencari alasan untuk menolak ide ini.

"Kamu bahkan tidak tahu seberapa bahaya lokasi baru itu nantinya, namun kamu ingin memulai dari awal dengan mengurangi jumlah?"

"Kalau begitu aku akan bertanya padamu tentang ini. Kita bilang saja bisa memenangkan pertempuran untuk bertahan selamat dengan mudah, lalu apa? jika ikan kita berkurang, apakah kelima suku akan saling bertarung satu sama lain lagi?"

"Kita mungkin bisa menangkap ikan lebih banyak!"

"Dan bagaimana jika tidak?"

Crusch tidak bisa menjawab rentetan pertanyaan dingin dari Zaryusu di hadapannya.

Zaryusu bertindak dengan apa yang paling dekat dengan skenario terburuk di otaknya. Crusch berpikir dengan harapan sebagai fondasinya. Jika situasi buruk muncul, pilihan Crusch akan mengarahkannya ke dalam bencana, sementara Zaryusu tidak.

Dan meskipun jika mereka dikalahkan dan jumlah lizardmen dewasa berkurang, mereka akan tewas dalam kematian mulia di dalam peperangan.

"...Jika kamu menolak, kami harus menyerang Red Eyes dulu."

Nada gelap dari suaranya membuat Crusch tersentak.

Itu adalah sebuah deklarasi bahwa mereka tidak akan membiarkan hanya Red Eyes saja yang kabur ke tanah baru dengan anggotanya yang masih utuh.

Itu adalah penilaian yang benar dan beralasan.

Jika sebuah suku dengan jumlah yang berkurang kabur untuk mengungsi ke tempat Red Eyes, dengan kekuatan penuh mereka yang tidak berkurang, tenang, satu-satunya hal yang menunggu mereka adalah malapetaka. Mempertimbangkan bahayanya, tindakan satu-satunya adalah serangan pencegahan. Itu adalah pilihan yang jelas bagi seseorang yang bertanggung jawab kepada seluruh suku. Jika Crusch sendiri berada pada posisi itu, dia akan membuat keputusan yang sama.

"Meskipun jika kita kalah dalam berperang, aku yakin bahwa bergabung dengan kami akan menurunkan peluang akan adanya pertumpahan darah diantara suku kita pada habitat baru."

Crusch yang tak mampu mengerti apa yang Zaryusu maksud, menunjukkan ekspresi bingung yang tulus di wajahnya. Zaryusu menjelaskannya agar maksud dia yang sebenarnya akan menjadi jelas.

"Perang ini akan menanamkan rasa persahabatan. Daripada sebagai suku-suku yang berbeda, kita akan bisa saling mengenal satu sama lain sebagai seorang sekutu yang bertarung bersama-sama."

Benar sekali.

Crusch mengunyah ucapan Zaryusu di dalam mulutnya.

Dia menyatakan sebuah kemungkin bahwa suku-suku yang menumpahkan darah bersama-sama tidak akan cepat bertarung satu sama lain jika makan menjadi langka. Tapi ide Crusch sendiri dang pengalaman membuatnya ragu. Dengan wajah yang sedikit diturunkan, saat dia akan jatuh ke dalam pemikiran yang dalam, Zaryusu memberikan sebuah pertanyaan.

"Ngomong-ngomong, bagaimana Red Eyes bisa melewati periode itu?"

Rasanya seperti ditusuk oleh jarum. Sebelum Crusch menyadarinya, Crusch terkejut. Melihat wajah Zaryusu langsung, dia bisa melihat keterkejutan di wajah Zaryusu, yang mengajukan pertanyaan.

Ah, dia bertanya karena dia benar-benar tidak tahu.

Meskipun Crusch mengenalnya hanya sebentar, dia sudah menggenggam dasar kepribadian dari seorang pria yang bernama Zaryusu. Crusch secara intuitif sadar bahwa itu bukan pertanyaan untuk mengancam mereka.

Crusch menyipitkan matanya dan menatap Zaryusu. Tatapannya sangat tajam seakan ingin membuat sebuah lubang padanya. Tidak mampu mengerti alasan dari tatapan Crusch, dia melihat tatapan itu membuat Zaryusu merasa tidak berdaya. Tapi meskipun begitu, Crusch tidak bisa menggendalikan dirinya sendiri.

"--Apakah ada alasan yang harus kukatakan padamu?"

Crusch mengeluarkan kalimatnya, nada yang dibawanya dipenuhi dengan kebencian. Perubahan yang dibuat oleh Crusch membuat Zaryusu ragu apakah dia sedang berbicara dengan orang yang sama.

Tapi Zaryusu tidak bisa mundur. Mungkin ini akan mengandung jawaban yang bisa membuat semua orang selamat.

"Aku ingin mendengarnya. Apakah itu adalah kekuatan Druid? Ataukah memang ada metode lain? Mungkin itu bisa jadi penyelamat kami..."

Setelah berhenti sejenak, Crusch menyunggingkan senyum lelah dan melanjutkan.

"Apa yang kami lakukan adalah membunuh saudara kami - kami memakan saudara kami yang telah tewas."

Zaryusu tidak bisa membuka mulutnya karena terkejut. Membunuh yang lemah - mengurangi mulut yang harus diberi makan bukanlah hal tabu. Tapi memakan saudaramu adalah tindakan salah dan tabu diantara hal-hal tabu.

Mengapa dia mau mengatakan ini? Ini adalah sesuatu yang seharusnya disimpan rapat-rapat hingga ke liang lahat. Mengapa dia membuka jawabatan itu kepada orang luar, seorang utusan? Apakah dia berniat untuk tidak membiarkanku pergi hidup-hidup? Tidak, ini bukan suasana seperti itu.

Crusch sendiri tidak mengerti mengapa dia mengatakannya kepada Zaryusu.

Dia tahu betul seberapa banyak hinaan yang akan datang dari suku lain. Jadi mengapa -

Mulutnya bergerak dengan lembut, seakan itu bukan miliknya sendiri.

"Hari itu, ketika suku-suku yang berbeda mulai berperang, suku kami juga mengalami kelangkaan makanan yang serius dan berada dalam situasi yang berbahaya. Tapi alasan suku kami tidak ikut dalam pertarungan adalah karena kami terdiri dari banyak druid dan yang sedikit warrior. Druid kami mampu membuat makanan melalui magic."

Mulut Crusch tidak menunjukkan tanda berhenti, seakan dikendalikan oleh kesadaran yang lain.

"Tapi makanan yang dibuat oleh druid kami tidaklah cukup. tidak jika kamu membandingkannya dengan ukuran seluruh suku secara keseluruhan. Satu-satunya pilihan yang tersisa bagi kami adalah berjalan ke jalan kehancuran perlahan-lahan. Lalu pada suatu hari, kepala suku kami membawa banyak makanan. Daging merah yang cerah."

--Mungkin aku memang ingin dia mendengarkannya... mendengarkan dosaku.

Crusch menggeretakkan gigi-giginya. Pria di depannya mendengarkan dengan jelas. Meksipun jika dia akan merasa jijik, dia menyembunyikannya dan mendengarkan.

Untuk itu, Crusch sangat bersyukur.

"Setiap orang samar-samar tahu daging apa itu. Untuk sesaat kami membuat hukum yang ketat dan siapapun yang melanggarnya akan diusir. Satu-satunya waktu ketika kepala suku kami membawa daging adalah setelah seseorang diusir. Meskipun begitu, kami semua menutup mata dan memakannya untuk selamat. Tapi suatu hal seperti tak pernah bisa bertahan. Kesedihan yang menumpuk tiba-tiba meledak semua dan suatu hari berubah menjadi tindakan pemberontakan."

Dengan mata tertutup, dia teringat kepala suku mereka.

"Kami makan...kami tahu dan masih tetap makan. Itu membuat kami kaki tangannya namun... melihat ke belakang, itu sangat lucu."

Crusch akhirnya menghentikan doanya dan menatap lurus kepada wajah Zaryusu. Dia melihat ke arah matanya yang terdiam dan melihat bahwa mereka tidak memiliki rasa jijik. Dia merasa terkejut karena kegembiraan yang muncul dari suatu tempat di hatinya.

Mengapa dia merasa senang?

Crusch juga, samar-samar tahu jawaban dari pertanyaan itu.

"..Lihat aku. Suatu ketika, seseorang sepertiku lahir di suku Red Eye. Sejak dahulu, mereka akan menunjukkan sebuah kekuatan. Dalam kasusku, itu adalah kekuatan druid. Ini membuat kami memiliki otoritas yang hampir menyamai kepala suku... Dan aku berada di tengah pemberontakan yang membelah suku menjadi separu. Kami menang karena kami memiliki jumlah yang lebih besar."

"Dan pada akhirnya, makanan dibagi dengan rata diantara mereka yang tersisa?"

"Ya..sebagai hasilnya suku kami berhasil selamat. Ketika pemberontakan -- waktu itu, kepala suku tak pernah menyerah. Dia mati dengan luka yang begitu banyak. Dan ketika dia menerima pukulan terakhir, dia tersenyum kepadaku."

Seakan dia sedang memuntahkan darah, Crusch melanjutkan ceritanya.

Itu adalah nanahyang pelan-pelan berkumpul di hatinya, sejak dia membunuh kepala suku.

Nanah yang tidak bisa dia buka kepada anggota suku yang percaya kepadanya dan bertarung melawan kepala suku mereka, Crusch hampir tidak bisa menceritakan hal itu kepada Zaryusu. Itulah kenapa mengapa ucapannya tidak berhenti, seperti air yang sedang dihabiskan.

"Itu bukan mata seseorang yang menatap pembunuhnya. Tidak ada kebencian, iri hati, permusuhan, kutukan, tak ada satupun. Itu adalah senyum yang indah! Kepala suku selalu menghadapi realita secara langsung dan bergerak. Dna kami...kami bertindak berdasarkan idealis kami dan kebencian. Mungkin satu-satunya yang benar adalah kepala suku kami! Itulah apa yang selalu aku pikirkan! Karena kepala suku kami telah tiada - yang dianggap sebagai akar seluruh kejahatan, suku kami mampu bersatu sekali lagi. Dan yang lebih parah, karena jumlah kami lebih sedikit, kami bahkan memperoleh hadiah tidak lagi ada masalah makanan!"

Itu adalah batasnya.

Sebagai seseorang yang bertindak sebagai kepala, sebagai seseorang yang memikul dosa, mati-matian menahan semua itu, tenaga ketika dia jatuh sekuat ketika dia berusaha. Aliran sungai keruh yang mengalir menelan semuanya. Pemikiran yang telah robek, sulit sekali merubah mereka menjadi kata-kata.

Dengan suara lirih, meskipun air matanya tidak jatuh, secara mental, dia menangis.

Itu adalah tubuh yang kecil.

Alam telah sepakat, bahwa kelemahan adalah dosa, anak-anak yang dilindungi, tapi meksipun, baik lizardmen pria dan wanita menekankan kekuatan kebaikan. Pada titik itu, wanita di depannya hanya bisa terlihat sebagai obyek cemoohan. Seseorangyang mengumpulkan satu suku, bagaimana bsa dia menunjukkan kelemahan di depan orang asing, meskipun seseorang dari suku yang berbeda?

Namun, apa yang Zaryusu rasakan di hatinya benar-benar emosi yang berbeda.

Itu bisa dikarenakan dia adalah wanita yang cantik. Tapi semakin dia memikirkan, dia percaya bahwa yang berada di depannya adalah seorang warrior. Terluka, mengerang, kesakitan, tapi masih tetap mencoba berjalan lurus. Pemikirannya adalah bahwa seorang warrior sekaliber itu hanya bisa menunjukkan kelemahan sejenak.

Seseorang yang mencoba berdiri dan berjalan ke depan, orang itu tidak lemah.

Zaryusu mendekatinya dan memeluk Crusch di bahunya.

"-Kami juga bukan mahatahu dan mahakuasa. Kami hanya bisa memilih jalan kami saat ini. Aku mungkin akan bertindak sama jika aku berada di posisi itu. Tapi aku tidak ingin menenangkanmu. Dimana seseorang bisa menemukan jawaban yang sepenuhnya benar di dunia ini. Kami hanya berjalan ke depan, telapak kaki kami mengandung banyak luka dari rasa sesal dan penderitaan kami. Kamu juga, pilihanmu hanyalah bergerak maju. Itulah yang aku percayai."

Saat suhu tubuh mereka ditransferkan satu sama lain, sesaat mereka bisa merasakan detakan jantung masing-masing melalui tubuh mereka. Mereka terperangkap dalam ilusi dari dua detak jantung yang berirama sama dan pelan-pelan menjadi satu.

Itu adalah sensasi misterius.

Zaryusu merasakan kehangatan yang tak pernah dia dapatkan sebelumnya sejak dia lahir. Itu bukan karena dia sedang memeluk seorang lizardmen.

Apakah itu karena aku sedang memegang wanita ini, Crusch Lulu?

Setelah sesaat, Crusch melepaskan diri dari tubuh Zaryusu.

Kehangatan yang meninggalkannya sangat disesalkan, tapi dia tidak bisa menyebutkan ini keras-keras karena malu.

"Aku sudah menunjukkan hal memalukan kepadamu...Apakah kamu merasa jijik denganku?"

"Bagian mana yang memalukan? Dan apakah kamu melihatku sebagai pria bodoh yang menganggap seseorang jijik hanya karena bangkit dan berjalan maju melewati luka dan penderitaan? Kamu itu cantik."

"--! --!!"

Ekor yang putih berkali-kali ditepukkan ke lantai.

"Apa yang harus kulakukan."

Tanpa mampu bertanya Crusch yang sedang bergumam apa maksudnya, Zaryusu bertanya pertanyaan lain.

"Bagaimanapun juga, apakah suku Red Eye mengolah ikan?"

"Mengolah?"

"Benar, merawat dan membesarkan ikan yang akan menjadi makanan."

"Kami tidak melakukannya. Lagipula ikan adalah pemberian alam."

Mengolah yang dikatakan oleh Zaryusu adalah sebuah teknik yang dikenal oleh suku lizardmen manapun. Ide bahwa mereka bisa membesarkan mangsa mereka dengan tangan sendiri adalah sebuah ide yang pada dasarnya berbeda dari cara mereka berpikir.

"Itu kelihatannya adalah cara berpikir druid. Apakah kamu mau berkompromi? Membesarkan ikan dengan satu tujuan untuk memakan mereka. Druid di suku kami setuju."

Crusch menganggukkan kepala.

"Kalau begitu aku akan mengajarimu bagaimana cara mengolah ikan. Bagian terpenting adalah apa yang bisa kamu berikan pada mereka untuk dimakan. Kamu bisa memberi mereka makanan buat yang dibuat dari magic druid. Itu akan meningkatkan pertumbuhan mereka dengan cepat."

"Apakah tidak apa bagimu untuk membagikannya?"

"Tenty saja. Tidak perlu menyimpannya sendiri. Lebih penting jika banyak suku bisa selamat dengan menggunakan metode ini.

Crusch membungkuk dalam-dalam dan mengangkat ekornya tinggi-tinggi."

"Terima kasih."

"Rasa terima kasihmu... itu tidak perlu. Sebagai imbalannya, aku akan bertanya padamu lagi."

Rasa terima kasih itu hilang dari wajah Crusch. Melihat sikapnya, Zaryusu menenangkan hatinya.

Pertanyaan yang benar-benar tidak bisa dihindari. Baik Zaryusu dan Crusch menghirup nafas dalam-dalam.

Dan dia bertanya.

"Apa tindakan suku Red Eye mengenai peperangan yang akan datang?"

"...Dari kesimpulan rapat kemarin, kami akan kabur."

"Kalau begitu aku akan bertanya pada Crusch Lulu, sebagai kepala suku. Dan hari ini, apakah keputusannya tidak berubah?"

Crusch tidak menjawab.

Jawabannya akan memutuskan nasib dari suku Red Eye. Jelas sekali dia ragu.

Namun, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Zaryusu disini. Yang bisa dia lakukan hanya tersenyum canggung.

"...Itu adalah keputusanmu. Alasan dari kepala suku sebelumnya yang tersenyum padamu mungkin karena dia menyerahkan masa depan suku ini di tanganmu. Kalau begitu sekarang adalah waktunya bagimu untuk membawa misi itu. Aku sudah katakan semua yang aku katakan. Yang tersisa bagimu adalah memilih."

Mata Crusch berkeliling mencari di dalam gubuk. Dia bukan mencari jalan kabur, atau bantuan. Tapi hanya ingin mencari jawaban yang tepat dari dirinya sendiri.

Apapun yang dia putuskan, Zaryusu akan menerimanya.

"Aku akan bertanya sebagai kepala suku. Berapa banyak pengungsi yang ingin kamu evakuasi?"

"Untuk masing-masing suku aku mempertimbangkan sepuluh warrior, dua puluh hunter, tiga druid, tujuh puluh pria, seratus wanita, dan beberapa anak-anak."

"Dan sisanya?"

"Tergantung situasi, mereka akan mati."

Crusch tidak bisa berkata apapun dan memandang ruang kosong, lalu tiba-tiba bergumam.

"Begitu.."

"kalau begitu katakan padaku keputusanmu, kepala suku Red Eye, Crusch Lulu."

Crusch membuat ide dalam jumlah yang tak terhitung.

Tentu saja, membunuh Zaryusu adalah salah satu pilihan. Dia pribadi tidak ingin membunuhnya. Tapi bertindak sebagai kepala suku beda lagi. Bagaimana jika seluruh suku kabur setelah membunuhnya?

Dia menolak ide itu, masa depan terlalu bahaya. Dan juga, tidak ada jaminan bahwa dia akan benar-benar datang sendirian.

Lalu bagaimana jika menjanjikannya dulu sebelum kabur.

Ini juga bisa menjadi masalah. Jika keadaan bertambah gawat, hanya akan membuat perang diantara merka dan suku Red Eye. Mereka akan menjadi target pengurangan populasi. Keinginan pihak lain adalah mengurangi populasi, bukan masalah siapapun targetnya.

Pada akhirnya, dia membayangkan jawaban seharusnya adalah tidak membentuk aliansi, Zaryusu mungkin akan kembali ke desanya dan memimpin pasukan untuk menghabisi suku Red Eye.

Namun, tidak tahu apakah Zaryusu menyadari, ada satu celah. Pada akhirnya, masalah makanan tidak akan terselesaikan.

Crusch tiba-tiba tersenyum. Dari awal tidak ada jalan keluar. Saat Zaryusu menyerangkan baginya untuk membentuk aliansi; Dariw awal ketika fase tindakan suku Green Claw dimulai--

Hanya ada satu jalan selamat bagi suku Red Eye, itu adalah membentuk sebuah aliansi dengan yang lainnya dan ikut bersama-sama dalam peperangan. demikian juga, Zaryusu seharusnya memahami alasan ini.

Meskipun begitu, dia harus menunggu jawaban Crusch secara pribadi. Dia mungkin ingin membedakan apakah Crusch yang sedang memimpin suku lizardmen, memiliki kualifikasi untuk menjadi partner aliansi.

Yang tersisa adalah apakah dia ingin mengeluarkan keputusannya.

Kecuali, setelah memutuskan, maka akan banyak individu yang kehilangan nyawa mereka. Namun--

"Biar kubuat satu hal yang jelas. Kami tidak akan pergi berperang untuk mengorbankan nyawa, tapi memperoleh kemenangan. Mungkin aku sudah mengatakan banyak hal yang membuatmu tidak tenang. Namun, kami ingin menjadi yang berdiri dan tertawa menang. Tolong jangan salah dalam hal itu."

Crusch mengangguk menyatakan pemahamannya.

Lizardmen pria ini benar-benar baik. Dengan pemikiran seperti itu, Crusch mengeluarkan keputusannya.

"...Kami, suku Red Eye akan bekerja sama denganmu, karena kami tidak ingin melihat senyum kepala suku menjadi tidak ada artinya, dan juga karena itu bisa membuat anggota suku Red Eye memiliki kesempatan selamat."

Crusch membungkukkan kepalanya; ekornya lurus dan terangkat.

"Aku sangat bererima kasih."

Zaryusu sedikit mengangguk. Lalu mengangkat ekornya menyatakan pemikiran yang rumit, lebih kuat daripada ucapannya.

----

Pagi harinya.

Zaryusu berdiri di depan Rororo, melihat ke arah pintu masuk utama suku Red Eye.

Dia tidak bisa menahan diri membuka mulut dan menguap. Tadi malam dia adalah tamu pemirsa pada konferensi Red Eye di larut malam, oleh karena itu dia saat ini sedikit lelah. Namun tidak ada banyak waktu yang tersisa, dan perlu untuk mengunjungi suku lain dalam hari ini.

Zaryusu mati-matian melawan kantuknya, tapi sejenak tidak bisa menahannya dan kembali menguap lagi, tapi kali ini lebih besar daripada sebelumnya.

Meskipun duduk di Rororo tidak cukup nyaman untuk tidur, dia merasa mampu untuk melakukannya.

Setelah memandang matahari kuning sesaat yang baru saja terbit, Zaryusu memutar tatapannya kembali ke pintu masuk utama, dan merasa sedikit bingung. Ini karena obyek rasa penasarannya baru berlari keluar gerbang utama.

Itu adalah satu ikat rumput.

Ada rumput yang tumbuh di atas baju yang dijahit dari banyak bilah-bilah kain dan benang-benang baju. Jika seseorang merebahkan diri di tanah basah dan mengamatinya dari jauh, maka itu akan terlihat seperti seikat rumput.

Ah, aku yakin aku pernah melihat monster yang mirip sebelumnya entah dimana..

Zaryusu mengingat pemandangan yang pernah dia lihat ketika bepergian sebagai seorang traveler ketika Rororo yang di belakangnya mengeluarkan geraman lirih untuk memperingatkan.

Tentu saja Zaryusu mengerti apa sebenarnya ikatan rumput itu, dan tidak mungkin salah karena ekor putihnya sedikit kelihatan.

Saat dia menatap kosong pada ekor yang bergoyang kegirangan itu sementara dalam waktu yang sama menenangkan Rororo, ikatan rumput itu sudah tiba disamping Zaryusu.

"Selamat pagi."

"Un, selamat pagi...kelihatannya kamu telah mempersatukan seluruh suku tanpa halangan."

Zaryusu menolehkan tatapannya kepada permukiman suku Red Eye. Sejak pagi, area berkumpul sudah dipenuhi dengan nafsu membunuh. Banyak lizardmen yang gugup berlarian. Crusch juga berdiri pada sisi yang menghadap arah yang sama dan membalas:

"Ya, tak ada masalah yang muncul. Hari ini kami seharusnya kita bisa tiba di pemukiman suku Razor Tail, dan mereka yang ingin kabur juga sudah bersiap."

Druid yang ada di dalam desa menggunakan magic untuk menyampaikan update situasi. Suku Razor Tail juga sudah diberitahu bahwa mereka akan menjadi suku pertama yang dihancurkan. Suku pertama yang akan dibinasakan bukanlah suku Dragon Tusk, oleh karena itu ini lebih menguntungkan dalam hal waktu.

"kalau begitu Crusch, mengapa kamu ingin berada di pihak kami?"

"Jawabannya sederhana, Zaryusu, tapi sebelum aku menjawab, pertama katakan padaku satu hal. Apa rencanamu?"

Setelah rapat kemari yang bertempat dari sore hingga pagi, kedua individu ini tidak segan bahkan memanggil nama satu sama lain. Alasannya karena mereka sudah menjadi cukup familiar bahkan sikap mereka ketika berbicara satu sama lain telah berubah.

"Selanjutnya, aku berencana untuk mengunjungi suku lain...suku Dragon Tusk."

"Mereka adalah suku yang kekuatannya adalah segalanya ya kan? Aku dengar bahwa kekuatan tempur mereka merupakan yang terkuat di seluruh suku."

"Erm, kamu benar. melihat pihak lain adalah suku yang tak pernah kita saling tukar sebelumnya, kita harus mempersiapkan diri kita secara mental."

Seluruh informasi pihak lain masih terselimuti dengan misteri. Oleh karena itu menuju markas pihak lain adalah masalah yang berbahaya. Terlebih lagi, mereka juga menyerap yang selamat dari dua suku yang dihancurkan di perang yang lalu. Fakta ini membuat bahaya yang akan datang menjadi lebih besar.

Bagi kedua suku yang dikalahkan, Zaryusu, yang memainkan peran aktif di perang sebelumnya adalah musuh yang benar-benar dibenci, hingga tulang-tulang mereka.

Meskipun begitu, mereka adalah bantuan yang sangat diperlukan oleh seluruh suku untuk perang ini.

"Jika begitu...maka, masih lebih baik bagiku untuk pergi denganmu."

"--Apa?"

"Apakah itu aneh?"

Tumpukan rumput membuat gerakan kecil, dan mengeluarkan suara bisik yang samar-samar. Karena dia tidak bisa melihat wajahnya, dia tidak tahu apa niatnya.

"Aku tidak bermaksud mengatakannya aneh...tapi ini akan sangat berbahaya."

"Apakah ada tempat yang lebih aman sekarang?"

Zaryusu terdiam. Dia sedang berpikir dengan tenang, membawa Crusch bersamanya akan banyak bermanfaat. Namun sebagai seorang lizardmen pria, dia masih keberatan membawa lizardmen wanita, yang dia sayangi, menuju tempat yang diketahui bahaya.

"Aku benar-benar tidak cukup tenang."

Meskipun Crusch tersembunyi dibalik rerumputan, dan ekspresinya tidak bisa terlihat, dia hampir terasa sedikit tersenyum.

"...Kalau begitu, biar kutanya pertanyaan lain. Ada apa dengan penampilanmu?"

"Apakah tidak terlihat bagus?"

Pertanyaannya adalah apakah itu terlihat bagus atau tidak adalah hal yang aneh. Namun, bukankah sebaiknya memberikan sedikit pujian? Zaryusu tidak tahu bagaimana meresponnya dan setelah beberapa saat berpikir, menyimpulkan ekspresi tak terlihat lawan bicaranya dan membalas:

"...Aku seharusnya bilang itu terlihat bagus...ya kan?"

"Bagaimana bisa seperti itu."

Crusch cepat-cepat menolaknya. Zaryusu merasa kekuatannya diserap habis darinya, mau bagaimana lagi.

"Ini semata-mata karena aku lemah terhadap cahaya matahari, oleh karena itu ketika aku keluar, Aku hampir selalu berpakaian seperti ini."

"Jadi itu alasannya..."

"Ah, kamu belum memberikan jawabanmu. Maukah kamu membiarkanku bepergian denganmu?"

Berdiskusi lebih jauh lagi dari ini mungkin hanya akan menggoyangkan pikirannya. Dari sudut pandang bentuk aliansi, membawanya seharusnya merupakan keuntungan untuk memperoleh tujuannya. Dia juga berpikir demikian, itulah kenapa dia mungkin membuat tawaran ini. Dengan begitu, tidak alasan untuk menolaknya untuk menemani.

"..Aku mengerti, kalau begitu aku harapkan bantuanmu, Crusch."

Crusch gembira dari lubuk hatinya dan menjawab:

"--Aku mengerti, Zaryusu, Serahkan padaku."

"Apakah kamu sudah siap untuk berangkat?"

"Tentu saja. Tas punggungku sudah penuh dengan berbagai macam item yang diperlukan."

Setelah mendengar ini, Zaryusu dengan halus memperkirakan area punggungnya dan menemukan bahwa ada sedikit gundukan yang muncul dari rumput. Sebuah rumput segar tercium dari are itu, begitu juga dengan aroma yang terkumpul. Karena dia adalah druid hutan, oleh karena itu seharusnya ada beberapa tanaman obat yang berhubungan dengan kemampuannya disana, itulah kenapa isi di dalamnya pasti dipenuhi dengan barang-barang semacam itu.

"Zaryusu, kamu kelihatannya lelah."

"Ah, ya, aku sedikit lelah. Selama dua hari ini aku sibuk sekali, aku kurang tidur."

Saat ini, sebuah tangan dengan sisik putih terulur dari dalam konsum rumput.

"Untukmu. Ini adalah buah untuk menggantikan kekuatan. Kamu makan saja dengan kulitnya."

Itu adalah buah ungu. Ragu-ragu, Zaryusu meletakkannya di mulut dan mencoba menggigitnya.

Mulutnya dipenuhi dengan rasa yang tajam dan pahit tiba-tiba, menyingkirkan sedikit kelelahan. Pastinya meningkatkan kewaspadaan, efek ini hampir cukup baik, tapi setelah terus mengunyahnya berkali-kali, tiba-tiba pancaran rasa meledak dari ujung lidahnya. Bukan hanya itu, bahkan nafas yang dia keluarkan memiliki rasa yang sama.

"Muu, sensasi dingin apa ini yang bahkan meresap hingga ke rongga hidung?"

Zaryusu secara tidak sadar meneriakkan kalimat yang sering diucapkan oleh kakaknya. Melihat reaksinya, Crusch tidak tahan untuk tertawa kecil.

"Apakah kamu merasa rasa kantukmu pelan-pelan hilang? Kenyataannya rasa kantuk itu masih belum hilang, tolong jangan terlalu terbiasa dengan sensasi ini. Masih lebih baik bagimu untuk beristirahat."

Zaryusu merasa otaknya terang dan segar karena nafas yang dia hirup dan keluarkan, dan karena seluruh tubuhnya dipenuhi dengan sensasi dingin. Merasa puas, Zaryusu mengangguk dan membalas:

"Kalau begitu mari kita segera cari Rororo dan tidur cepat."

Setelah berkata demikian, Zaryusu langsung menaiki punggung Rororo, diikuti oleh Crusch yang juga menaikinya. Perasaan tidak enak karena ada satu ikat rumput yang berada di tubuhnya membuat Rororo tidak senang menatap Zaryusu, tapi akhirnya terpikirkan sebuah metode untuk membuatnya nyaman.

"Kalau begitu mari kita pergi. Karena perjalanannya akan sedikit bergejolak, berpeganglah padaku."

"Mengerti."

Crusch memeluk pinggang Zaryusu - perasaan rumput yang menusuk membuat Zaryusu sedikit gatal.

"...."

Perbedaan sebenarnya dari rasa yang dia bayangkan dan kenyataannya membuat bibir Zaryusu mengerut.

"Ada apa?"

"Tidak, bukan apa-apa. Rororo, ayo berangkat."

Apa yang membuat Crusch begitu gembira sekali? Tawa riang Crusch dari belakangnya, membuat Zaryusu tidak tahan untuk tidak mengeluarkan senyuman lebar di atas punggung Rororo.

4 komentar:

brian torao mengatakan...

sankyu overlord vol 4 bab 2 bag. 1

Xen mengatakan...

Ko gw malah baper bacanya 😂 makasih udh di translate

Unknown mengatakan...

Walau dah nonton animenya tapi tetep ngakak njirr malah jadi tambah greget wkwkwk sip mantap

Zan mengatakan...

Mantap min