Cybersh Note

Fans Translasi Novel-Novel Asia

25 Januari, 2016

Overlord - Vol 3 - Chapter 2 Part 2

True Vampire - Vampir Sejati

Part 2


Overlord Light NovelDi dalam ruang pribadi, seorang pria berhenti merawat senjatanya dan memfokuskan telinganya pada suara berisik.

Suara seperti orang berlari, teriakan samar di kejauhan.

Sudah jelas mereka sedang diserang, tapi kekuatan dan jumlah musuh masih belum diketahui meskipun kenyataannya mereka dilatih untuk meneriakkan informasi penting seperti itu.

Tidak mungkin dia kebetulan tidak mendengarnya juga. Meskipun dia sedang berada di dalam ruangan, itu hanya sebuah lubang di dinding yang dibuat seolah-olah ruangan dengan kelambu yang berperan sebagai pintu. Meskipun kelambunya tebal, tidak cukup untuk menghalangi suara dengan penuh.

Kelompok tentara bayaran mereka, "Death Spreading Brigade" memiliki anggota berjumlah tujuh puluh. Meskipun tidak ada dari mereka yang sekuat dirinya, beberapa diantaranya adalah veteran yang selamat dari banyak pertempuran.

Tidak mungkin orang seperti mereka akan jatuh ke dalam kekacauan seperti ini hanya dari kelompok kecil. Apakah itu artinya musuh datang dengan kekuatan besar? Tapi tidak ada suara yang cukup mengindikasikan adanya pertarungan besar, dan dia tidak bisa merasakan kehadiran dari banyak musuh pula.

"Kalau begitu... apakah itu adalah para petualang?"


Sedikit jumlahnya, namun sangat kuat dalam bertarung, maka perasaan tidak nyaman ini akan cocok.

Pria itu pelan-pelan berdiri dan mengikatkan senjatanya ke pinggang. Untuk armor, dia menggunakan chainmail. Mudah dipakai dan tidak memerlukan banyak waktu untk memakainya. Selanjutnya, dia meraih sebuah kantong yang mengandung beberapa botol keramik potion dan mengamankannya ke dalam ikat pinggangnya dengan ikatan. Setelah sudah dilengkapi dengan kalung dan cincin, yang dibumbui dengan magic pelindung, persiapannya sudah lengkap.

Pria itu menyingkirkan kelambunya, seakan ingin merobek dari kaitnya, dan melangkah keluar menuju lorong darurat.

Dengan lebar yang sama, lorong itu diterangi dengan lentera [Continual Light] yang terang dan sulit dipercaya jika ini ada di dalam gua.

Lampu itu menunjukkan seluruh penampilannya. Dibalik baju, tubuhnya kurus tidak kerempeng, dan ototnya sekeras baja dan cukup sering ditempa melalui pengalaman, daripada latihan,

Rambutnya dipotong tidak karuan, panjangnya bahkan tidak ada yang sama, dan menjorok ke arah yang acak. Matanya yang coklat menatap lurus ke depan, dan sebuah seringai muncul di bibirnya. Rambut pendek di janggutnya memberikan penampilan tersendiri.

Meskipun penampilannya tidak rapi, gerakannya sangat lembut dan elegan, mirip dengan binatang liar.

Saat dia berjalan menuju pintu masuk dimana serangan terjadi, pria lain muncul menuju arahnya. Dia mengenali wajah yang familiar itu sebagai sekutunya. Segera setelah pria itu melihatnya, wajahnya bersinar cerah dan lega, seakan jika mengatakan kemanangan itu sudah dijamin.

"Ada apa?"

"Serangan musuh, Brain-san!"

Pria itu -- Brain tertawa pahit dan membalas.

"Aku tahu itu, penyerangnya? siapa mereka?"

"Ada dua orang, keduanya wanita."

"Wanita? dan hanya dua? Blue Rose... Tidak, itu tidak mungkin."

Saat kepalanya mulai berpikir, Brain melanjutkan untuk menuju ke sumber keributan.

Kelompok petualang terkuat di kingdom dikenal dengan "Blue Rose" dan terdiri dari lima orang wanita. Dulu, dia pernah menghadapi seorang wanita tua yang bisa menyamainyaa dari pukulan ke pukulan dan keduanya bertarung dengan seimbang. Ada juga sebuah rumor bahwa assassin terkuat dari empire adalah seorang wanita.

Wanita kuat bukanlah hal aneh. Lagipula, perbedaan kekuatan fisik antara pria dan wanita bisa dipenuhi dengan mudah oleh magic.

Tentu saja, tubuh terkuat disandingkan dengan kekuatan magic yang terkuat itu artinya orang itu tak terkalahkan.

Brain bisa merasakan hatinya gembira karena menunggu membayangkan bertarung melawan musuh yang cukup tangguh yang melawan mereka langsung.

"Ah kamu tak perlu datang denganku. Mundurlah ke dalam dan perkuat pertahanan."

Setelah berkata kepada tentara bayaran seperti itu, Brain melangkahkan kakinya dengan kuat dan berjalan menuju musuh yang kuat dari permukaan.

Brain Unglaus.

Asalnya adalah seorang petani, dia dianugerahi dengan yang bisa disebut sebagai bakat dari dewa dalam penguasaan pedang. Bersama dengan bakat alaminya, dia tak pernah kalah dengan senjata di tangan. Meskipun dalam peperangan, dia adalah orang jenius yang luka terburuknya adalah goresan.

Tak pernah merasakan kekalahan dengan pedang, dia selalu berjalan di jalan kemenangan.

Semuanya percaya padanya, dan dia sendiri tak pernah meragukan kemampuannya. Namun, sebuah perubahan dramatis datang kepadanya di sebuah turnamen yang diselenggarakan oleh istana Kingdom.

Dia ikut bukan karena mengincar juara. Dia hanya ingin menunjukkan kemampuannya ke seluruh Kingdom. Dia percaya bahwa mereka akan berlutut kepada kekuatannya. Tapi hasilnya, dia menghadapi situasi yang tidak bisa dipercaya.

Kekalahan.

Kekalahannya yang pertama sejak dia memegang pedang, tidak, mungkin sejak dia dilahirkan.

Yang mengalahkannya adalah seorang pria yang bernama Gazef Stronoff. Dia sekarang mengabdi sebagai Kapten Knight dari Re-Estize Kingdom, dan dikenal sebagai pria terkuat di seluruh negara.

Kedua pria itu telah memenangkan seluruh pertempuran mereka hampir sekejap, tapi pertarungan diantara mereka masih lama dan berkepanjangan, seakan mereka menyimpan seluruh waktu mereka untuk pertarungan yang satu ini.

Pada akhirnya, Gazef menyelesaikan pertarungan dengan menggunakan martial art [Fourfold Slash of Light]. Sebuah pertarungan yang masih dibicarakan hingga hari ini, tak ada yang menanyakan bagaimana seseorang dari kelas bawah naik ke posisi Kapten Knight. Itu adalah sebuah pertarungan dengan skala dimana bahkan para bangsawan yang tidak menyukai Gazef harus mengakui bahwa dia tidaklah lemah.

Pemenangnya diguyur dengan kejayaan, tapi bagi yang kalah, seakan semua yang Brain bangun hingga titik ini telah runtuh. Meskipun pertarungannya ketat, Brain menyadari bahwa kepercayaan dirinya menjadi yang terkuat hanyalah khayalan yang lahir dari si bodoh yang berpikiran sempit.

Selama satu bulan, dia mengunci diri di dunianya sendiri. Orang biasa akan menenggelamkan diri ke dalam alkohol, tapi Brain melempar keputusasaannya dan bertekad keras.

Dia menolak banyak penawaran pekerjaan dari para bangsawan, dan mencari kekuatan untuk pertama kalinya.

Dalam mengejar kekuatan, dia melatih tubuhnya.

Dalam mengejar magic, dia mengumpulkan pengetahuan.

Orang yang berbakat bekerja keras seperti orang biasa.

Kekalahannya membuatnya naik ke level baru.

Alasan dia menolak penawaran pekerjaan dari para bangsawan adalah karena dia tidak ingin kemampuannya berkarat. Agar dia bisa melatih kemampuannya hingga batas teratas, dia membutuhkan musuh. Karena dia tidak melatih dirinya untuk pamer, Brain membutuhkan pekerjaan yang menyediakan segudang kesempatan untuk merasakan pertarungan sebenarnya sambil membawa uang.

Mungkin saja memperoleh pendapatan sebagai petualang, tapi jalan itu tertutup baginya. Pekerjaan seorang petualan menawarkan sedikit hingga hampir tak ada kesempatan untuk bertarung melawan manusia. Membantai monster tidak buruk, tapi tujuan tertinggi dari Brain adalah untuk mengalahkan Gazef. Untuk itu, dia membutuhkan musuh manusia.

Dengan pilihan yang terbatas, dia memilih untuk bekerja sebagai anggota "Death Spreading Brigade". Tapi sebenarnya, kelompok tentara bayaran apapun baginya bukan masalah.

Dia hanya memiliki satu tujuan.

Untuk menghapus malu di masa lalunya, merubah kekalahan menjadi kemenangan.

Untuk meraih kekuatan agar tercapai tujuannya, dia membutuhkan senjata. Dia rela membuat semuanya untuk bisa memiliki senjata yang dia inginkan.

Senjata Magic sangat mahal, tapi yang sangat dia inginkan bukanlah senjata magic biasa.

Jauh di selatan, di luar Kingdom - ada kota di tengah-tengah gurun. Diantara barang-barang yang biasanya mengalir keluar dari kota itu adalah sebuah senjata yang, bahkan tidak diberi mantra, jauh melebihi kemampuan memotong dari senjata magic biasa. Ada harga yang setara dengannya, sangat banyak dan bisa membuat mata orang-orang akan meloncat keluar dari lubangnya ketika melihat itu. Itulah senjata yang dia inginkan.

Dan akhirnya, dia berhasil mendapatkan sebuah [Katana].

Sekarang ini, kekuatan Brain telah sampai pada batas dari potensi manusia. Dia sangat percaya diri bahwa dia bisa dengan mudah mengalahkan Gazef. Namun, dia tidak pernah membiarkan kepercayaan diri itu mengatur otaknya dan terus berlatih dengan rajin setiap hari.

Ketika dia memejamkan matanya, bahkan sekarang, dia bisa melihatnya dengan jelas, gambaran seorang Gazef ketika pertarungan hebat mereka.

Dia bisa dengan mudah menghindari serangan Brain yang tak pernah bisa sekalipun dihindari dan diserang balik oleh orang-orang yang dia lawan sebelumnya dengan empat serangan berkelanjutan.

Dia tidak lagi teringat penampilannya saat kalah. Namun, apa yang terbakar di ingatannya adalah gambaran dari pemenang yang mengalahkannya.

Saat Brain mendekati pintu masuk, bau darah segar menggantung di udara. Dia tidak lagi bisa mendengar teriakan, itu artinya mereka yang telah bertarung di dekat pintu masuk semuanya sudah terbunuh. Baru dua atau tiga menit.

Sepuluh pria yang ditempatkan di dekat pintu masuk diberi tugas untuk fokus pada pertahanan, untuk mengulur waktu bagi yang lainnya untuk membuat persiapan sebelum pertarungan. Bisa membunuh orang-orang ini dengan cepat--

"Jika hanya ada dua dari mereka, mereka pasti sekuat aku."

Wajah Brain mengeluarkan seringai.

Dia melanjutkan langkah cepatnya dan meminum salah satu potion dari kantung di ikat pinggangnya. cairan yang pahit dan kuat mengalir ke dalam tenggorokannya lalu ke perutnya. Dia lalu menenggak habis sebuah botol lain.

Dia bisa merasakan panas dari perutnya yang menyebar ke setiap tubuh. Dalam responnya, suara dari otot yang mengembang dan tumbuh kuat sampai telinganya.

Perubahan cepat karena efek menguatkan dari potion.

Yang pertama dia minum adalah potion [Lesser Streth], sementara yang kedua adalah [Lesser Dexterity].

Sebenarnya tidak perlu menelan potion secara langsung agar bisa bekerja; hanya mencipratkan dosis yang tepat pada tubuh sudah cukup. Tapi Brain selalu berpikir bahwa dengan meminumnya kelihatannya lebih efektif. Tentu saja, itu hanya imajinasinya saja, tapi imajinasi suatu ketika bisa mengeluarkan kekuatan ketika sudah tidak ada.

Dia lalu menghunus katana miliknya, dan menambahkan minyak pada mata pedangnya. Minyak itu mengeluarkan cahaya samar, lalu menghilang, seakan diserap oleh katana. Minyak itu disebut [Magic Weapon], dan meskipun efeknya hanya sementara, itu bisa menyuntikkan magic ke dalam pedang lalu menguatkan ketajamannya.

"Activate 1, Activate 2."

Kalimat itu memicu kalung dan cincin yang dia pakai dan sebuah magic yang samar menyelimuti tubuhnya.

[Necklace of Eye], seperti namanya, melindungi matanya ketika diaktifkan. Tahan terhadap status blind, night vision, menyaring cahaya. Seorang warrior yang tidak bisa mendaratkan pukulan adalah tidak berguna. Penglihatan yang terhalang, atau membuat jarak dan menyerang dengan serangan jarak jauh semuanya adalah taktik umum yang digunakan oleh petualang. Brain sekali pernah kalah dengan petualang yang menggunakan taktik itu.

[Ring of Magicbound] membuat pemakainya bisa mengikat mantra level rendah kepada item dan mengaktifkannya dengan cincin sebagai katalis. Cincinnya membawa [Lesser Protection Energy], yang membuatnya bisa menahan damage elemental.

Jika memang hanya ada dua musuh, maka persiapan ini sudah cukup. Akan sangat telat untuk menyesali tidak mengaktifkan ini sebelumnya nanti.

Dengan ini, persiapannya sudah selesai.

Dia mengumpulkan panas yang mengalir keluar dari dalam tubuhnya dan mengeluarkannya dalam sekali hembusan nafas.

Saat ini, dengan fisik yang diperkuat seperti ini, Brain kelihatannya telah mencapai puncak tenaga manusia. Dengan sikap arogan yang bisa menghalangi diri dari kepercayaan pada kemampuannya yang absolut, Brain berpikir di dalam otaknya dengan sebuah seringai.

Karena aku sudah repot-repot seperti ini, sebaiknya mereka memang layak.

Dengan setiap langkah, bau dari darah semakin kuat -- dan akhirnya, dia melihat dua bayangan.

"Kalian berdua kelihatannya sedang bersenang-senang."

"Tidak sama sekali, kurasa mereka semua terlalu lemah. Aku tak bisa mengisi penuh Blood Pool milikku."

Itu adalah sebuah respon yang kelihatannya benar-benar tidak khawatir terhadap kemunculan tiba-tiba Brain, seakan mereka sudah tahu dia akan datang. Brain juga tidak berusaha untuk menghilangkan keberadaannya, jadi dia tidak terkejut.

Dia sedikit merengut ketika melihat dua orang penyusup itu.

"Mereka bilang padaku ada dua orang wanita, tapi salah satunya masih bocah... dan dia memakai gaun..?"

Brain langsung menyingkirkan pemikiran itu. Mengambang di atas gadis yang kecantikannya terlihat tak ada tandingannya, adalah sebuah bola yang kelihatannya terbuat dari darah.

"Pertama kalinya aku melihat magic semacam itu... apakah kamu seorang magic caster?"

Seorang magic caster tak akan memerlukan armor, yang mana menjelaskan mengapa mereka berdua ini hanya memakai gaun di tempat seperti ini.

"Magic caster dengan dasar keyakinan (Faith Based), Penganut garis darah dari asalnya, Dewa Cainabel."

"Cainabel? Pertama kalinya aku dengar dewa dengan nama itu. Apakah dia seorang dewa jahat?"

"Ya, dia masuk dalam kategori itu. Yah, lagipula dia telah dikalahkan oleh para Pemimpin Tertinggi. Menurut para pemimpin tertinggi, dia adalah 'boss event yang lemah'."

Mengalihkan matanya dari gadis yang berujar tentang para pemimpin tertinggi dan lainnya, Brain memfokuskan perhatiannya kepada wanita yang berdiri seperti pelayan. Dia ini juga termasuk cantik. Sosoknya yang montok terlihat memancarkan sensualitas.

Dari bercak-bercak merah darah yang menutupi gaunnya, dia pastilah yang membunuh para penjaga.

Brain hanya mengangkat bahunya dan menggenggam katana miliknya.

"Itu tidak penting. Aku sudah siap kapanpun. Jika kamu belum, aku bisa menunggu. Apa yang akan kamu lakukan?"

Memberinya ekspresi terkejut, gadis itu menutup mulutnya untuk menahan tawa yang samar.

"Betapa beraninya kamu, apakah kamu tidak apa sendiri saja? Kamu boleh memanggil teman-temanmu lebih banyak lagi, jika kamu mau."

"Tidak berdua tahu jika membawa gerombolan orang-orang kelas tiga tidak akan ada bedanya melawanmu. Aku sudah cukup."

"Apakah kamu salah satu dari mereka..? Tipe orang yang tidak mengerti seberapa tingginya langit itu? Apakah kamu kira kamu bisa menyentuh bintang hanya dengan meraihnya saja? Tipe naif seperti itu seharusnya hanya untuk anak-anak seperti Aura. Itu hanya menjijikkan bagi orang dewasa."

"Memangnya kenapa dengan orang dewasa yang seperti itu? Aku rasa seorang gadis tidak bisa memahami roman seorang pria?"

Brain mengeluarkan katana miliknya dan memasang kuda-kuda. Melihat ini, gadis itu mengeluarkan ekspresi bosan dan melihat sekilas pada atap dan bicara.

"Kamu bisa mulai sekarang."

Gadis itu memberi tanda dengan dagunya, memberi perintah kepada wanita di sampingnya untuk maju.

Gerakannya benar-benar seperti angin, tapi- bagi Brain, bahkan kecepatan angin tidaklah cukup cepat.

"Haaah!"

Dengan sebuah teriakan, Brain meluncurkan dirinya dengan seluruh kekuatan di tubuh dan merangsek seperti badai. Sabetan yang cukup bertenaga bisa dengan mudah membelah pria berarmor menjadi dua.

"Kuh!"

"Cih, terlalu tipis."

Berhenti ketika di tengah serbuannya, vampire itu memegang bahunya dan terpaksa untuk mundur. Katana itu menembus tulang selangka (tulang di dekat dada) dan meninggalkan sebuah sabetan menyilang di dadanya.

Brain memicingkan mata saat dia menatap musuhnya.

Selain dari fakta bahwa dia gagal membunuhnya dengan sekali pukulan, ada hal lain yang membuatnya kesulitan memahami. Luka di bahunya seharusnya memuncratkan darah, tapi tidak setetespun darah terlihat.

'Apakah itu adalah magic?'

Sambil berpikir, Brain sedikit menyipitkan matanya ketika dia melihat luka yang ditutupi oleh tangan wanita itu.

Luka katana di bahunya pelan tapi pasti, menjadi sembuh. Meskipun dia pernah mendengar keberadaan dari magic healing berkecepatan tinggi, ini kelihatannya berbeda. Dan hanya ada satu jawaban lain.

Seorang monster dengan kemampuan menyembuhkan diri, Taring yang tajam keluar dari mulutnya, mata yang berwarna merah darah penuh dengan kebencian, penampilan yang seperti manusia..

Brain, yang jejak pemikirannya sudah sampai titik ini, menyadari identitas monster itu yang sebenarnya.

"Vampire... huh. Kemampuan khususnya... hight speed regeneration (menyembuhkan diri dengan kecepatan tinggi), charm (pesona), life drain (menyedot energi kehidupan), memanggil pasukan vampire rendahan, tahan terhadap senjata dan dingin... Kurasa ada banyak lagi... Entahlah."

Dia hanya perlu memotong mereka. Dengan berpikir seperti itu, Brain menggenggam erat katananya.

Wanita itu melebarkan matanya dan pupilnya yang berwarna merah darah semakin besar dan menakutkan.

Saat itu, Otak Brain mulai kabur. Musuh di depannya mulai terlihat lebih dan lebih mirip dengan sekutunya. Namun, dengan cepat dia menggelengkan kepalanya, kabur itu akhirnya hilang.

"....Charm? Otakku tidak lemah sehingga bisa dipengaruhi oleh sesuatu dengan level segitu."

Tidak hanya senjatanya, bahkan hati Brain pun seperti katana itu. Dia dengan mudah bisa menyingkirkan mantra sederhana seperti charm.

Vampire tersebut melihat ke arahnya dengan benci dan memamerkan taringnya, tapi itu adalah tampilan yang berasal dari ketakutan. Siapapun yang percaya diri dengan kemampuannya cukup menyerangnya saja. Dengan kata lain, vampire itu menjadi berhati-hati, entah dikarenakan serangan Brain, atau karena menyadari bahwa dia adalah musuh yang mumpuni.

"Setidaknya kamu cerdas. Tapi meskipun seekor binatang buas bisa tahu hal itu."

Brain menyeret kakinya dan maju per inchi menju vampire itu. Menyesuaikan gerakan lawannya, vampire itu pelan-pelan mundur.

Membosankan.

Brain tertawa mengejek, dan seakan dipancing untuk maju, vampire itu menghentikan gerakan mundurnya dan sedikit maju.

Jarak diantara keduanya sekarang hanya tiga meter. Bagi vampire tersebut, itu adalah jarak yang bisa dia jangkau dengan sekali lompatan. Namun, kehati-hatiannya terhadap kemampuan Brain mencegahnya untuk langsung maju. Lalu -- senyum mungil tampak pada bibirnya, dan vampire itu mengulurkan tangannya ke depan.

[Shock Wave]

Bumi terbelah karena getaran yang menuju kepada Brain. Dengan mudah bisa menghancurkan full plate mail (armor full body dari lempengan logam), bagi Brain, yang hanya mengenakan chainmail, terkena oleh ledakan seperti itu akan membuatnya cedera berat. Bukan hanya itu, perbedaan besar pada kemampuan fisik antara dua orang itu artinya bahwa menerima satu pukulan sekalipun akan membuat jalannya pertarungan berubah menjadi tidak menguntungkan baginya.

Namun - Vampire itu melebarkan matanya karena terkejut.

"Cobalah merayakan setelah benar-benar mengenai targetmu. Gerakanmu terlalu mudah dibaca."

- Dia tidak tersentuh.

Dengan mudah menghindari serangan tak terlihat, Brain mengatakannya dengan sebuah seringai. Vampire itu terkejut dan panik lalu melompat ke belakang dengan lompatan yang lebar. Dia menyadari bahwa menganggap remeh manusia ini sebagai makhluk rendahan adalah sebuah kesalahan.

Di lain pihak, meskipun dia tidak memperlihatkannya di wajah, Brain tahu dia harus memikirkan kembali rencananya untuk menyerang. Pemikiran bahwa dia bisa menggunakan magic telah benar-benar keluar dari kepalanya.

Tujuan terbesar dari Brain adalah Gazef, dan pertarungan mereka akan diselesaikan dengan pedang mereka. Karena itu, kemampuan mereka dalam hal magic tidak setara dengan kemampuannya dalam berpedang. Melawan musuh seperti itu, dia tidak bisa memprediksikan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Hasilnya adalah sebuah sebuah jalan buntu antara kedua pihak yang saling menatap satu sama lain, menunggu sebuah kesempatan untuk menyerang.

Merasa bosan dengan situasinya, gadis itu menghela nafas.

"Haa.... Gantian."

Saat si gadis menjentikkan jarinya untuk menyela, suaranya yang kering menyebabkan vampire itu gemetar tak terkendali.

Di depan musuhnya yang benar-benar kehilangan fokus, Brain tidak bergerak.

Meskipun ada kesempatan seperti itu, dia tidak mengambil kesempatan itu untuk menyerang. Namun, dia mengubah padangannya kepada gadis itu dan menatapnya dalam-dalam.

Tubuhnya langsing dan sangat bertolak belakang dengan dadanya yang menonjol. Lengannya terlihat cukup rapuh bagi Brain yang bisa mematahkannya seperti ranting.

Ada banyak tipe magic caster faith based. Cleric kuat dalam pertarungan jarak dekat, sementara Priestesses dan Bishop spesialisasi dalam merapal mantra magic.

Karena dia telah meminta untuk gantian, dia pasti cukup percaya diri untuk melawan tanpa bertahan.
Kalau begitu-

Wajah Brain berubah tersenyum.

Dia kelihatannya bukan tipe yang bertarung menggunakan summon, vampire lain, maka.

Melihat dari sikapnya, yang ini pasti memiliki level yang lebih tinggi dari vampire lain. Kamu takkan pernah bisa menyimpulkan monster dari penampilannya. Tidak aneh baginya bisa menjadi lebih kuat dari sebelumnya, terutama sejak dia memutuskan untuk maju setelah melihat seberapa kuat Brain.

Dan reaksi vampire sebelumnya... apakah ketakutan?

Tuan ditakuti oleh pelayan vampire...dia kuat, seseorang yang tidak bisa dianggap enteng.

Sambil memperhatikan gadis itu, Brain dengan marah menguak kepalanya mencoba untuk mencari tahu identitasnya.

Tuan dari vampire, apakah dia adalah vampire lord yang mirip dengan yang ada di legenda? Jika aku tidak salah, salah satu vampire lord yang terkenal adalah [Landfall], yang menghancurkan sebuah kerajaan.. Aku dengar dia dibunuh oleh tiga belas pahlawan.

Jika pahlawan-pahlawan pada zaman dahulu bisa melakukannya, makan itu bukanlah hal yang mustahil.

Menggenggam katana miliknya dengan semangat yang diperbaharui, Brain mempersiapkan kuda-kudanya.

"Aku adalah Brain Unglaus"

Menyebutkan nama kepada musuh yang kuat, respon yang kembali adalah tampang bingung.

Merasakan udara yang canggung, Brain bertanya kepadanya.

"...Namamu?"

"Oh! Kamu menanyakan namaku? Cocytus pasti akan langsung menyebutkannya, tapi aku tidak melihat dirimu sebagai musuh jadi aku agak lamban untuk menyadarinya. Maafkan aku. Kamu seharusnya bilang dari tadi."

Gadis itu memegang ujung gaunnya, dan , seperti seseorang yang meminta seorang pria untuk berdansa di pesta dansa, dia memberikan perkenalan.

"Shalltear Bloodfallen. Biarkan aku menikmati ini."

Dengan senjata yang diarahkan kepadanya, gadis itu membungkuk dengan anggun. Apakah dia pikir Brain tidak akan menyerang? Ataukah mungkin, apakah dia cukup percaya diri untuk menahan serangannya dengan sempurna meskipun Brain menyerangnya? Jawaban itu jelas terlihat dari ekspresi yang diberikan oleh gadis itu, yaitu yang terakhir. Seakan mengatakan, kamu bukanlah sebuah ancaman.

--Aku akan menghancurkan ketenanganmu itu.

Brain menatap tajam Shalltear dengan tatapan yang cukup tajam untuk menakuti kebanyakan warrior yang keras. Jujur saja, dia sangat tidak suka dengan sikap santai gadis tersebut, tapi sebagian dari dirinya mempersilahkan itu.

Kesombongan dari yang kuat.

Itu adalah senjata yang bisa dipakai oleh manusia untuk bisa mengalahkan monster-monster yang kemampuan fisiknya jauh di atas mereka. Di masa lalu, Brain menghadapi banyak pertempuran dengan makhluk seperti itu yang mana dimenangkan olehnya dengan menggunakan kesempatan ini.

Terlebih lagi - dia bisa menghina mereka setelah mengalahkannya, mengajarkan kepada si bodoh bahwa ada musuh di dunia ini yang seharusnya tidak boleh diremehkan.

"Apakah kamu tidak menggunakan martial art?"

-Martial Art.

Dalam perjalanan latihan seorang warrior, mereka mendorong diri mereka hingga batas dan mempelajari skill khusus yang bisa menarik keluar seluruh kekuatan mereka. Martial Art membuat fenomena tak bisa dijelaskan yang ditarik dari aura warrior itu sendiri. Itu adalah penggunaan magi melalui senjata.

Melawan musuh yang jauh lebih besar darimu, [Fortress] akan membuat bisa menghindari serangan yang kat dan melawan mereka langsung.

Dengan menyalurkan auramu ke dalam pedang dan melepaskannya dengan ledakan yangkuat, [Severing Blade] akan membuatmu bisa meruntuhkan musuh yang kuat dalam sekali serang.

Jika musuh memakai armor berat, menggunakan [Heavy Blow] dengan senjata penghancur sudah terbukti efektif.

Atau, cukup dengan memperkuat dirimu dengan [Ability Boost], seseorang bisa meraih kemenangan dengan hanya tubuh fisik mereka.

Martial art membuat seseorang bisa mempersiapkan diri dari berbagai macam situasi yang berbeda, seperti, warrior berlatih untuk mempelajari berbagai macam skill dan menguasainya agar bisa digunakan kapanpun dibutuhkan. Terlebih lagi bagi para petualang, yang menghadapi bahaya yang jauh di atas normal.

Sedangkan untuk Brain--

"Hmph. Aku tidak akan membutuhkannya untuk melawan orang sepertimu."

Itu adalah kebohongan. Dia tidaklah cukup bodoh untuk menunjukkan kartunya sebelum bertarung.

Brain pelan-pelan mengeluarkan nafas sambil menundukkan tubuh, dan mengembalikan katana itu ke dalam sarungnya.

Kakinya ditancapkan dengan kuat.

Nafasnya; pendek dan panjang.

Dia memfokuskan kesadarannya pada satu titik, dan ketika tiba pada batasnya, melapaskan gelombang yang besar. Dia telah menciptakan sebuah dunia yang bisa dia rasakan suara, ruang dan keberadaannya. Itu adalah martial art original yang pertama - [Field].

Dengan jarak tiga meter, meskipun itu adalah jangkauan yang pendek, itu adalah martial art yang membuat seseorang bisa dengan cepat mengetahui apapun di sekelilingnya, martial art ini menjadi sangat kuat.

Meskipun ribuan anak panah berhujanan, dia percaya diri bahwa dia bisa merasakan dan membelokkannya dengan cepat yang akan mengenainya, dan berakhir tanpa cacat.
Terlebih lagi, tubuhnya mampu bergerak dengan cukup tepat untuk membelah sebuah biji gandum dari kejauhan.


Dan--

Seluruh kehidupan berakhir ketika titik vital mereka terpotong. Hanya itu yang dia butuhkan.

Daripada mempelajari skill serbaguna, lebih baik untuk memfokuskan diri pada hanya satu aspek; sebuah langkah yang lebih cepat dari musuh, sebuah serangan fatal yang akan selalu mengena. Karena hal itu, maka lahirlah martial art original yang kedua -- [Instant Slash]

Meskipun setelah memperoleh sabetan dengan kecepatan tinggi yang hampir tidak mungkin bisa dihindari, dia tidak berhenti.

'Sulit' bahkan bukan kata yang bisa menjelaskan latihannya. Dia mempraktekkan [Instant Slash] ratusan dari ribuan, tidak, jutaan kali, hingga kapalan di tangannya mengeras, hingga gagang katana itu mirip dengan bentuk telapak tangannya.

Dalam pencarian tanpa lelah terhadap batas, sebuah skill baru pun lahir.

Sebuah sabetan yang sangat cepat yang bahkan tidak akan meninggalkan satu tetes darahpun pada mata pedang. [God Slash], sebuah skill yang dia rasa membatasinya dengan ranah dewa.

Ketika pedang tersebut keluar dari sarungnya, sangat tidak mungkin bagi musuh bahkan untuk melihatnya datang.

Kedua martial arti ini; kewaspadaan mutlak dan sabetan bagaikan dewa, serangan yang tak bisa terelakkan digabungkan dengan [Field] dan [God Slash] membentuk suatu kartu as baginya.

Targetnya adalah mengarah kepada titik vital.

Idealnya adalah leher.

Ini adalah skill tersembunyi miliknya -- Wind of the Great Forest (Angin Hutan Besar)

Meskipun jika vampire itu tidak berdarah, memotong lehernya akan mengamankan kemenangannya.

"Apakah kamu sudah siap sekarang?"

Di depan Brain, dalam kesunyiannya dan nafasnya yang tajam, Shalltear hanya mengangkat bahunya karena bosan.

"Aku akan berasumsi kamu sudah siap dan mulai menyerang. Jika kamu mempunyai sesuatu untuk dikatakan, sekarang adalah saatnya."

Setelah sesaat--

"Aku akan menghancurkanmu."

Dengan sebuah deklarasi gembira, Shalltear melangkah maju.

Terus saja ngoceh selagi bisa. Mari kita lihat apakah kamu bisa tenang setelah aku memisahkan kepala dari tubuhmu.

Dia tidak mengatakannya dengan keras, jika dia membuka mulut, maka konsentrasinya selama ini akan sia-sia.

Shalltear, yang kelihatannya tidak perduli dengan dunia ini, mendekati Brain. Dia berjalan tanpa pertahanan sama sekali, seakan dia akan pergi piknik.

Melihat musuhnya penuh dengan kelengahan, Brain berusaha untuk tidak menyeringai.

Bodoh, hanyalah satu-satunya cara untuk menjelaskannya. Namun, dia tidak akan memberinya kesempatan.

Sambil mengaktifkan [Raise Stats], Brain menunggu musuhnya masuk ke dalam [Field]. Dia mengkonsentrasikan semuanya untuk saat ketika musuhnya itu akan masuk ke dalam jangkauan pedangnya. Monster bodoh ini berpikir bahwa mereka adalah yang terkuat, mereka semua sama saja. mereka pikir bahwa manusia itu lemah, tubuh kami rapuh, kemampuan kami tidak ada apa-apanya.

Tapi aku akan mengajarimu seberapa bahayanya meremehkanku.

Brain bersumpah di hatinya. Martial Art diciptakan agar manusia bisa melawan musuh yang jauh lebih kuat dari mereka.

-Aku akan membunuhnya dengan sekali serang.

Semakin bangga mereka, semakin putus asa mereka nantinya ketika terpojok. Jika dia tidak bisa membunuh gadis itu dengan sekali serang, tidak diragukan lagi dia akan memerintahkan pelayannya untuk bergabung dalam pertarungan. Maka situasinya akan berubah menjadi dua lawan satu, bahkan Brain tidak percaya diri mampu melawannya.

Itulah kenapa dia harus menyelesaikan ini dalam sekali pukulan.

Wajahnya tidak bergerak, Brain diam-diam mengejeknya.

Mendekat tanpa perduli apapun, dia tidak mengerti bahwa dia sedang berjalan menuju pisau Guillotine.

Hanya tiga langkah lagi, dua langkah.

... satu.

Lalu ---

-kepalamu adalah milikku!

Berpikir demikian, Brain meletakkan seluruh kekuatannya pada sabetan pedangnya.

"Tsuu!"

Nafasnya sangat tajam dan pendek.

Katana yang meledak dari sarungnya dan bisa menebas menembus udara menuju leher kosong dari Shalltear.

Kecepatannya seperti kilatan petir. Cepat sekali sampai-sampai ketika cahayanya masuk ke dalam penglihatanmu, kepalamu pasti sudah menggelinding di tanah. Jutaan kali mengulang akhirnya membuat hasil sebuah kecepatan yang sudah masuk ranah dewa.

Aku mendapatkannya.

Brain sangat yakin --

-- dengan membuka matanya lebar-lebar.

Sabetan yang bisa memotong udara dengan seluruh kekuatan di belakang itu. Jika dia berhasil menghindar, maka dia akan terpaksa mengakui bahwa musuhnya lebih kuat bahkan dalam imajinasinya yang paling liar yang muncul di depannya.

Namun -

Shalltear bisa menangkap pedang itu dengan jari-jarinya.

--Sebuah sabetan yang dekat dengan kecepatan cahaya.

Dan dengan gerakan yang halus seperti memegang sayap kupu-kupu.

Udara di sekitar Brain seperti membeku. Brain menghembuskan nafas yang besar.

"...Ti-Tidak mungkin."

Suaranya hampir tidak terdengar.

Brain memaksa tubuhnya untuk tidak merasa ketakutan hingga gemetar tidak terkontrol. Dia tidak percaya apa yang dilihatnya. Tapi tidak diragukan lagi, yang ada di pedangnya adalah dua jari, keduanya putih seperti mutiara - Jempol dan telunjuk jarinya.

Bukan hanya itu, pergelangan tangannya bengkok dengan sudut 90 derajat sambil memegang sisi yang tumpul dari pedang itu, daripada sisi yang tajam. Daripada menghentikannya langsung, di menangkapnya kecepatan katana itu dengan kecepatan -- yang bisa menyamai [God Slash] miliknya dari belakang.

Meskipun kelihatannya dia hanya memegangnya dengan enteng, tak perduli sekeras apapun Brain berusaha mendorong dan menariknya, katana itu tidak bergeming. Rasanya seperti pedang itu dirantai ke batu yang ratusan kali besarnya.

Tiba-tiba, kekuatan yang diberikan kepada katana itu naik, membuat Brain hampir kehilangan keseimbangan.

"Hmph. Cocytus juga memiliki beberapa pedang, tapi kelihatannya mereka bahkan tidak layak untuk dikhawatirkan jika ada perbedaan yang sebesar ini diantara pemegangnya."

Shalltear menatap pedang itu sambil menariknya semakin dekat dengan wajahnya.

Brain,yang tidka tahu apa yang dia katakan, merasakan kepalanya berubah menjadi putih. Itu adalah rasa putus asa karena seluruh jalan kehidupannya dibantah di depannya.

Tapi berkat itu kekalahannya di masa lalu yang masih bisa membuatnya berdiri. Mirip dengan tulang yang retak yang semakin tumbuh kuat setelah diperbaiki; pengalamannya dalam kekalahan membuat tetap kuat.

Itu adalah hal yang mustahil, tapi dia tidak punya pilihan lagi selain mengakuinya.

Gadis itu dengan mudah menangkap sabetan berkecepatan cahaya miliknya.

Brain terlihat pucat. Shalltear terkejut melihat Brain seperti ini dan mengerutkan dahi. Dia lalu menghela nafas kecewa.

"Apakah kamu mengerti sekarang? Aku bukanlah musuh yang bisa kamu kalahkan tanpa menggunakan martial art. Jika kamu akhirnya paham, bukankah sudah saatnya kamu serius?"

Mendengarkan kalimat yang keji seperti itu, Brain tidak sengaja mengeluarkan sebuah kata dari mulutnya.

"Monster..."

Shalltear memberinya senyuman murni, seperti bunga yang merekah.

"Benar sekali. Kamu baru tahu? Aku adalah monster yang keji, tenang, tanpa ampun dan manis sekali."

Dia melepaskan pegangannya pada pedang itu dan mundur ke posisi asalnya. Mungkin tepatnya satu milimeter.

"Apakah kamu sudah siap sekarang?"

Shalltear mengatakannya dengan senyuman yang ceria. Mendengar pertanyaan yang sama seperti sebelumnya, Brain terbakar amarah. Seberapa banyak dia meremehkan orang lain?

Di lain pihak, Brain bergidik saat menyadari bahwa musuhnya cukup kuat untuk bisa menghinanya, seorang manusia yang telah meraih tingkat tertinggi dalam kekuatan.

-Apakah aku harus lari?

Brain selalu mempertimbangkan keselamatannya menjadi prioritas nomer satu. Jika kelihatannya dia tidak bisa menang, rencana terbaik adalah mundur dan hidup untuk bertarung di lain hari. Bahkan sekarang, dia percaya bahwa dia masih memiliki ruang untuk bertambah kuat. Itulah kenapa selama dia selamat, hal yang harus dia lakukan adalah menjadi pemenang di akhirnya.

Tetapi meskipun dia mundur sekarang, perbedaan mendasar dari kemampuan fisik mereka sulit diatasi.

Berhati-hati untuk tidak membuat rencananya terlihat jelas, Brain memfokuskan perhatiannya kepada target barunya.

Kaki musuh; rencananya adalah membuat gerakan musuh lumpuh dan kabur dengan segala yang dia miliki.
Idenya adalah menyerang pada pertahanannya yang paling lemah, area dimana tangannya sulit menjangkau.

Setelah memutuskan serangan selanjutnya, Brain melatih matanya pada leher Shalltear dan mengembalikan katana miliknya pada sarung itu. Ketika diluncurkan, dia bisa dengan akurat membuat [God Slash] mengenai targetnya walaupun dengan mata tertutup. Maka rencananya yang jelas adalah menipu musuh dengan matanya.

"---Aku akan menghancurkanmu."

Sekali lagi, Shalltear melangkah maju dengan langkah ringan.

Pertama kalinya, Brain tidak sabar menunggunya untuk masuk ke dalam [Field]. Tapi kali ini berbeda. Jika mungkin, dia tidak ingin gadis itu berada di dekatnya dimanapun.

Betapa hatinya yang semakin melemah. Menyadari ini, Brain dengan marah mencoba untuk membakar semangatnya, tapi tidak berhasil. Sepertinya api yang terbakar di dalam dirinya sudah kehabisan bahan bakar. Dengan keadaan seperti itu, dia menunggu Shalltear masuk sambil mengawasinya dengan [Field].

Tiga langkah, dua langkah, satu langkah-

-dia masuk ke dalam jangkauannya.

Sambil menatap leher musuhnya, wajah Shalltear memasuki penglihatannya.

-Dia hanya memiliki satu target asli, pergelangan kaki kanan dalam separuh gerakan.

Dia sedikit menurunkan katana itu, masih dalam sarung pedangnya, seluruhnya untuk mencoba mempercepat dirinya meskipun hanya sedikit lebih cepat.

Setelah memecah konsentrasinya, dia memastikan bahwa kecepatan sabetan ini akan lebih cepat dari sebelumnya. Jika dirinya yang menerima ini, dia tidak akan mampu untuk menahan sabetan itu.

Ini pasti bisa!

Hampir tidak terlihat di bawah ujung rok, seakan dia akan melemparkan pergelangan kurus yang tidak cocok dengan gadis itu.-

Katana itu terlepas dari tangannya.

Setelah memperoleh kesadarannya kembali, Brain tidak tahu apa yang baru saja terjadi. [Field] yang memberinya kewaspadaan mutlak akhirnya akhirnya menyadari dan memperlihatkan katana yang bergulung di tanah, dengan tumit sepatu gadis itu mendorongnya ke tanah.

Tidak mungkin, tapi itu adalah kenyataan.

Alasan mengapa katana itu bisa terlepas dari genggaman Brain adalah karena kekuatan dari hak sepatu tinggi yang disalurkan melewati pedang.

Hanya ada satu alasan mengapa dia tidak ingin mempercayainya.

Meskipun dengan konsentrasi yang sudah mencapai batas, meskipun di dalam [Field] yang sangat dia banggakan; Brain tidak dapat melihat momen dimana gadis itu menghadang serangannya.

Dari jarak yang cukup dekat untuk menyentuhkan hanya dengan mengulurkan tangan, Shalltear memandang remeh padanya dengan tatapan yang dingin. Brain merasakan tekanan yang mluar biasa yang membuatnya merasa terancam hancur menjadi tanah.

Dia sekarang terengah-engah.

Keringat mengalir ke bawah, dia merasakan perasaan ingin muntah. Otaknya semakin pusing seakan pandangannya berputar dan melintir.

Dia sering dalam situasi dimana dia ditekan hingga batas, mereka adalah tempat yang umum. Namun, dibandingkan sekarang, mereka terlihat palsu- seperti ingatan dari tempat bermain anak-anak.

Tumit sepatuh itu melepaskan pedangnya, dan Shalltear tanpa berkata apapun melompat ke belakang.

"-Apakah kamu sudah siap sekarang?"

"!"

Tiga kali dia mendengar suara itu, lebih dari apapun, dia merasakan keputusasaan yang mutlak.

Menduga kalimat berikutnya adalah seperti biasanya "Aku akan menginjakmu sekarang", apa yang mengalir ke telinga Brain selanjutnya adalah sesuatu yang berbeda.

"Jangan-jangan...kamu tidak bisa menggunakan martial art apapun?"

Mendengar suara simpati yang dipenuhi rasa kasihan, Brain menghirup nafas dengan kuat.

Dia sudah kehilangan kata-kata. Tidak, apa yang bisa dia katakan untuk membalasnya? Itu adalah yang tadi tapi baru saja kamu kalahkan dengan mudah. Apakah dia tidak terdengar seperti badut?

Sambil menggigit bibirnya, Brain mengambil pedangnya dari tanah.

"..Apakah kamu tidak sekuat itu? Aku kira kamu akan lebih kuat daripada mereka yang ada di pintu masuk...Oh, maaf. Kelihatannya ukuran terendah yang bisa aku gunakan untuk mengukur kekuatan adalah meter. Perbedaan satu atau dua milimeter tidak mungkin bisa kubedakan."

Usahanya yang tiada henti.

Pertarungannya dengan Gazef adalah ketika dia percaya diri dengan bakatnya sendiri. Pria yang tidak berusaha kalah dari pria yang berusaha. Karena itu, kekalahan itu terukir di hatinya disalurkan ke dalam kekuatan untuk motivasi.

Kesungguhan yang diperbaharui dicurahkannya ke dalam latihan itu adalah yang menjelaskan keberadaannya. Segala sesuatu tentang dirinya, monster di depannya ini malahan mengejek hal itu.

Aku pasti terlihat sangat menyedihkan, Aku, Setelah semua monster yang aku bunuh, si bodoh yang sombong yang meremehkanku hanya karena mereka percaya diri mereka yang lebih kuat-

Sambil memikirkan hal itu, Brain memaksa menekan kutukannya sediri. Namun-

"-AAAAAAAAAHHHHHHHH!!"
<TL Note : Ketegangan berubah tidak karuan karena Brain mengamuk tidak karuan.>

Dengan sebuah teriakan, dia merangsek maju ke arah Shalltear dengan pedang yang diangkat tinggi-tinggi. Menuju Shalltear, yang sedang melihatnya dengan ekspresi aneh - Brain mengayunkan katana itu dengan memberinya beban seluruh tubuhnya.

Sebuah sabetan dengna kekuatan dari seluruh ototnya akan dengan mudah membelah manusia menjadi dua, bahkan dengan pelindung kepala. Melawan serangan kuat itu, Shalltear menatapnya tanpa bermaksud bergerak.

Kali ini pasti, dia mendapatkannya; pemikiran itu berkelebat di kepalanya.

Tapi pemikiran itu segera diganti dengan pemandangan yang tidak nyata yang terjadi sebelumnya.

Tidak mungkin gadis itu bisa menangkap ini dengan mud-

Segera setelah itu, ketakutannya yang paling besar menjadi kenyataan.

Sebuah suara berisik terdengar keras, dan sekali lagi, Brain dihadapkan dengan pemandangan yang tidak mungkin.

Jari kelingking Shalltear bergerak dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya - sekitar dua sentimeter panjangnya, kuku jarinya menangkis sabetan Brain. Bahkan, tangannya terlihat tidak tegang sama sekali. Tinjunya sama sekali tidak tertutup, dan jari kelingkingnya dengan lembut membelokkan arah pedang Brain.

Dengan gerakan seperti main-main, dia menghentikan serangan kekuatan penuh dari Brain.

Serangan yang bisa memotong armor, menghancurkan pedang dan meluluhlantakkan perisai--

Semangatnya compang-camping, terancam hancur sebentar lagi. Dia telah berusaha sekeras mungkin untuk bisa tetap berdiri. Tangannya tetap gemetar dari benturan, dia mengalirkan tenaga kepada genggamannya, menaikkan katanya, dan menurunkannya sekali lagi. Dan sekali lagi, dengan santai ditangkis oleh Shalltear.

"Fuaaaa~!"

Seakan sengaja, Shalltear menguap dengan dramatis. Tangannya yang tidak melakukan apapun menutupi mulutnya seakan menahannya. Tatapannya sekarang menuju ke arah atap. Seluruh jejak padanya yang menganggap Brain adalah lawan telah lenyap.

Namun begitu,

Namun begitu - Katana Brain masih ditangkis.

Oleh jari kelingking tangan kiri.

"UUWWAAAAAHHHHHHHHH!"

Sebuah teriakan bertempur meledak dari tenggorokannya. Tidak, itu bukan teriakan pertempuran, itu adalah ratapan.

Sabetan sisi - ditangkis.

Sabetan diagonal dari atas kiri - ditangkis.

Sabetan vertikal - ditangkis.

Sabetan diagonal dari atas kanan - ditangkis.

Sabetan dari bawah - ditangkis.

Sabetan terbalik - ditangkis.

Seluruh serangan dari segala arah tubuhnya, seluruhnya ditangkis.

Seakan katana itu ditarik oleh kukunya.

Saat itu, Brain akhirnya mengerti.

Sebuah wujud yang berdiri di tempat yang hanya disediakan bagi mereka yang memiliki kekuatan sejati yang mutlak. Itu adalah tempat yang tidak bisa diraih oleh bakat sebesar apapun yang diberikan dewa atau kera sekeras apapun, jangankan melawan.

"Ara? Apakah kamu sudah lelah? Kalau begitu, pemotong kuku ini sangat tumpul."

Mendengar ucapannya, dia menghentikan tangannya yang terus mengayunkan katana.

Bisakah seseorang memotong sebuah gunung dengan pedang? Sesuatu yang seperti itu adalah tidak mungkin. Bocah manapun bisa tahu yang jelas seperti itu. Kalau begitu, bisakah seseorang mengalahkan Shalltear? Warrior siapapun yang melawannya akan tahu jawabanya.

Sangat tidak mungkin sekali.

Seorang manusia takkan pernah bisa mengalahkan sebuah wujud yang memiliki kekuatan lebih besar dari yang bisa dibayangkan oleh manusia. Jika, misalnya, seseorang bisa melawannya langsung, dia pasti adalah makhluk yang jauh lebih kuat dari manusia.

Sayangnya, Brain hanyalah seorang warrior yang termasuk dari salah satu manusia yang terkuat. Ya. Tak perduli seberapa besar usahanya, dilahirkan menjadi manusia itu sama halnya dengan seorang bayi yang mengayunkan sebuah tongkat.

"...Aku...seluruh usaha itu..."

"Usaha? Kalimat yang tidak ada artinya. Aku diciptakan sudah kuat sehingga usaha itu tidak diperlukan."

Brain tertawa mendengarkan kalimat itu.

Seluruh kerja kerasnya percuma. Tidak mengira dia sangat percaya diri, sangat yakin bahwa dia adalah orang yang berbakat.

Tubuhnya terasa berat, seakan diikat oleh belenggu.

"..?Ahahaha, mengapa kamu menangis? Apakah ada yang menyedihkan?"

Dia tahu Shalltear mengatakan sesuatu padanya, tapi dia tidak bisa mendengarnya. Seakan dia bicara dari tempat yang sangat jauh.

Kapalan di tangannya terbentuk karena lepuhan di atas lepuhan, Latihan mengayunkan berkali=kali dengan batang baja, itu semua tidak ada artinya. Berlari terus-terusan sambil memakai armor yang berat, pertarungan tangan kosong melawan monster yang nyaris menang, semuanya percuma.

Kehidupan yang dia jalani hingga sekarang, semuanya kosong.

Di depan kekuatan sejati, Brain tidak berbeda dengan orang-orang lemah yang dia remehkan hingga sekarang.

"Aku memang bodoh.."

"..Apakah kamu sudah puas sekarrang? Tidak apakah aku mengakhiri ini?"

Shalltear tersenyum nakal dan mendekatinya dengan jari kelingking yang diangkat. Melihat hal ini, Brain mengeluarkan tangisan. Itu bukanlah tangisan pertempuran seorang warrior yang dia tunjukkan sebelumnya, tapi tangisan yang tersedu-sedu dari anak-anak.

Brain berlari.

Dengan memutar punggungnya.

Dia tahu perbedaan kemampuan mereka, terpatri dalam otaknya. Shalltear takkan mampu menangkapnya dalam sekejap.

Namun, tidak satupun dari itu ada dalam otaknya. Tidak, dia bahkan tidak memiliki waktu untuk mengkhawatirkan tentang semacam itu. Dia hanya, dengan wajah berlinang air mata, tanpa melindungi punggungnya dan berlari ke dalam secepat kakinya bisa membawanya.

Saat ini, Brain merasakan di belakangnya ada tawa seorang gadis yang nafasnya berbau darah.

"Dan sekarang ingin bermain kejar-kejaran? Kamu benar-benar berusaha keras, ya kan? Maka aku akan menikmatinya. Ahahahaha."

3 komentar:

brian torao mengatakan...

sankyu overlord vol.3 bab 2 bag.2

Anonim mengatakan...

Sankyu miin

Kuhaku mengatakan...

Brain gagal jadi pemotong kuku wkwk